YOGYAKARTA, SUARADEWAN.com – “ISI Bersatu Bubarkan HTI”, demikianlah tagline dalam Aksi Budaya Nusantara Waspada (ABUNAWAS) Keluarga Besar Mahasiswa Institute Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Terselenggara di Gedung Rektorat Kampus ISI Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul, Yogyakarta, aktivis ABUNAWAS terang menolak keberadaan HTI di Indonesia. Dan ini merupakan kesepakatan bersama dari Keluarga Besar Mahasiswa ISI sebagai bentuk cinta kasih, pada Indonesia juga pada Islam.
“Acara ini adalah kesepakatan bersama sebagai bentuk cinta kepada tanah air Indonesia dan sepakat cinta kepada Islam tapi sepakat tolak HTI,” teriak Sumarwan, salah satu alumni ISI Jurusan Seni Rupa, dalam orasinya, Senin (22/5/2017).
Diawali dengan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih sekitar pukul 11.15, para peserta ABUNAWAS tampak membentangkan spanduk dan poster bertuliskan “Bubarkan HTI, Keluarga Besar ISI” dan “Hapus HTI”.
Dan ini sekaligus merupakan wujud kekecewaan mahasiswa ISI terhadap rektor lantaran tidak menindaklanjuti tuntutan mahasiswa yang sebelumnya disampaikan pada Aksi Tolak HTI tahun 2016, dengan tuntutan “Pecat mahasiswa dan dosen ISI yang terlibat HTI”.
“Alasan penolakan dan pembubaran HTI karena pergerakan HTI sudah mengkhawatirkan dan HTI anti Pancasila serta keberagaman,” terang mantan Senat ISI, Yoyok Suryo.
Menegaskan pula bahwa ABUNAWAS ini sekaligus sebagai bentuk dukungan kepada Menkopolhukam untuk membubarkan HTI di Indonesia, khususnya di ISI dan menuntut negara untuk menyatakan HTI sebagai Organisasi Terlarang.
Hadir pula salah seorang aktivis 98/Gerak Pancasila. Ia menuturkan bahwa adalah kemunduran jika sampai Indonesia mengijinkan eksistensi HTI mengingat tak ada satu negara pun yang dibangun di atas paham khilafah.
“Dosen ISI aktivis HTI mengadakan pengajian yang telah mencecoki dengan paham khilafah sehingga apabila ada dosen yang tidak setia dengan Pancasila harus mengundurkan diri atau dipecat,” tandasnya.
Adapun aktivis HTI sendiri, lanjutnya, sudah berafiliasi dengan PKS (Partai Keadilan Sejahtera), sudah masuk dalam anak-anak usia dini dalam pendidikan PAUD sehingga perlu ada penolakan.
Seorang budayawan bernama Budi Djarot juga menegaskan dalam ABUNAWAS bahwa HTI harus dilarang seperti PKI, sebuah organisasi hasil rekayasa Orde Baru. Lebih jauh, ia juga menyinggung soal Habib Rizieq yang ia nilai punya otak cabul.
“Saya dengan Fatmawati (putri Soekarno) sudah melaporkan Habib Rizieq ke Polda Metro Jaya dengan pasal ingin menggantikan ideologi Pancasila dengan tuntutan pidana 20 tahun. Kita harus tolak apabila masuk Jogja dan jangan kita serahkan negara ini kepada Habib Rizieq,” tegasnya.
Untuk Pernyataan Sikap dari pihak kampus ISI sendiri diwakili oleh Prof. Muhammad Agus Burhan. Beberapa poin isinya bersandar pada latar belakang dengan melihat kondisi bangsa Indonesia yang terpecah akibat adanya HTI.
Berikut 3 (tiga) poin utamanya:
- Telah terbit SK Rektor tentang pelarangan ormas dan orpol dilarang berkegiatan di kampus.
- ISI merupakan kampus berasaskan Pancasila
- Rektor dalam hal ini diwakili Pembantu Rektor 3 dan Pengurus BEM ISI telah ikut serta dalam deklarasi petisi anti radikalisme dan dipusatkan di UNES tanggal 6 Mei 2017 lalu dan rektor diwakili PR 1 dan 2 bersama Kopertis Jateng-DIY melakukan rapat di Magelang pada tanggal 19 Mei 2017 dan menyampaikan petisi: menyiapkan program memperkuat NKRI; mengantisipasi rektor, dosen dan mahasiswa terkena imbas paham HTI
- ISI Yogyakarta mendukung pemerintah lewat pengajuan sidang ke pengadilan dala pembubaran HTI dikarenakan ormas tersebut mengganti sistem pemerintah.
Sampai pukul 13.40, aksi berlangsung aman dan tertib. Tampak Esti Wijayanti, anggota DPR Komisi X Fraksi PDIP hadir dalam ABUNAWAS, serta diikuti oleh mahasiswa ISI, alumni ISI, Banser dan BMJ, dan ratusan orang lainnya dari kalangan umum (pencinta Pancasila). (ms)