
JAKARTA, SUARADEWAN.com – Masyarakat DKI Jakarta tengah dihebohkan oleh sebuah video yang direkam di salah satu TPS saat proses pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta Rabu (15/2) kemarin.
Dalam video berdurasi 02.51 menit tersebut terlihat sejumlah warga yang bersitegang dengan petugas kelompok panitia pemungutan suara (KPPS). Warga menuntut untuk menggunakan hak pilihnya namun dipersulit oleh petugas.
“Tadi kami disuruh baris lagi untuk milih. Sekarang alasannya habis waktu,” kata salah seorang warga dalam video tersebut. Ia menduga kondisi ini sengaja diciptakan untuk melakukan kecurangan penggembosan suara terhadap salah satu pasangan calon.
“Wah sengaja ini. Muka-muka kecurangan. Tolong share (informasi ini). Tolong kabarkan Ahok,” lanjutnya. “Laporkan. TPS 89 harus coblos ulang. Tolong yang bisa lapor tolong laporkan,” sambungnya lagi.
Warga yang lainnya lagi mengatakan, “TPS 89, TPS RT. 7. TPS RT 6 tadi juga kacau semua. Banyak yang dilempar kemari. TPS 20 juga sama. Cengkareng semua dicurangkan,” katanya.
Lalu ada lagi warga yang berujar, “Nomor 1 Nomor 3 ngaku Dizalimi. Yang dizalimi itu nomor 2 (Ahok-Djarot).
Dalam video yang diterima Suaradewan.com itu, diketahui informasi sekitar 300 orang warga yang dikabarkan tidak bisa mencoblos.
Kejadian di Cengkareng.
Setelah dilakukan penelusuran, ternyata video tersebut direkam oleh warga di TPS 89 di Komplek City Resort, Cengkareng, Jakarta Barat.
Kezia, warga sekitar mengatakan, persoalan itu disebabkan oleh petugas yang seolah-olah mempersulit warga untuk menggunakan hak pilihnya. “Kami sudah menunggu dari pagi. Dibolak-balik. Kami dioper-oper. Katanya surat pemilihannya habis,” kata Kezia saat dikonfirmasi rekan media, Rabu (15/2).
Menurut KPPS, sambung Kezia, alasan dia dan sejumlah warga lain tidak bisa mencoblos karena mereka tidak membawa surat undangan atau formulir C6. Namun menurut Kezia itu terjadi karena sebelum pencoblosan penyelenggara tidak mendata warga secara menyeluruh.
Ia heran kenapa tidak mendapatkan surat undangan pencoblosan, padahal ia warga setempat. Pun ketika sampai di TPS, ia mengaku sudah membawa segala persyaratan seperti KTP dan Kartu Keluarga. Namun tetap saja tidak bisa mencoblos sampai waktu pencoblosan habis.
“Sejak pukul 12.00 WIB kami tunggu. Tapi mereka (KPPS) malah berdebat sampai pukul 13.00 WIB. Surat suara habis katanya, padahal masih segepok,” tuturnya.
“Sekarang mereka kasih kompensasi boleh milih 150 orang lagi padahal sudah habis waktunya,” demikian Kezia. (ZA)