JAKARTA, SUARADEWAN.com – Ahok, sapaan akrab dari Basuki Tjahaja Purnama, ternyata cukup mempengaruhi kesadaran politik anak-anak muda, terutama dari kalangan Tionghoa sendiri.
Hal tersebut diungkapkan pengurus Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Candra Jap. Menurutnya, kemunculan Ahok di panggung politik menyebabkan tumbuhnya semangat anak-anak muda Tinghoa untuk masuk ke dunia politik juga.
“Begitu Ahok jadi gubernur (menggantikan Jokowi), anak muda Tionghoa mulai semangat. Biasanya kalau ditanya mau jadi apa (dijawab) jadi pengusaha, jadi dokter, sekarang bisa ngomong gue mau nyaleg,” terang Candra, Sabtu (20/5/2017).
Sayangnya, semangat kesadaran berpolitik ini tidak dibarengi dengan kuatnya pendidikan politik yang mesti mereka kuasai. Mayoritas mereka hanya direktur karena dinilai punya potensi suara dan finansial, dengan tanpa diberi pendidikan politik yang memadai.
“Parpol (partai politik) rekrut karena punya potensi suara dan finansial. Kalau saya bilang parpol salah enggak memberikan pendidikan politik, karena Cuma dianggap sebagai komoditas untuk mendapatkan duit dan suara,” sesalnya.
Selain kemunculan Ahok, lanjut Candra, semangat berpolitik anak-anak muda Tiongho ini dipicu oleh kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sejak menjabat sebagai Presiden RI di tahun 1999-2001, euforia besar-besar sangat dirasakan warga Tinghoa secara umum.
Bisa dikatakan, posisi warga beretnis Tionghoa jauh lebih baik dibandingkan dengan masa-masa pemerintahan sebelumnya. Hal ini karena warga Tionghoa bisa diterima di segala bidang, tidak hanya diberi akses untuk merayakan Imlek, agama Tionghoa juga diakui di zaman Gus Dur ini, termasuk akses ke dunia politik sendiri. (ms/cn)