Aktivis GMNI ini Nilai Ahok diutus Istana untuk Melawan Gurita Politik Cikeas

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa konsistensi pembuat, pelaksana, dan pengawas kebijakan terus menampakkan inskonstitusional. Hal ini diutarakan oleh Herry Pasrani Mendrofa dalam uraiannya bertajuk “Ahok Senjata Istana Memusnahkan Gurita Politik”, Senin (6/2/2017).

Menurut aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini, mereka masih tampak kompromistik sembari terus mencipta kejahatan politik secara simultan. Maladaptif politik inilah yang menurutnya membuat Indonesia terus tertinggal jauh dari negara-negara demokratis di dunia lainnya.

“Ternyata keberhasilan Indonesia dalam mencipta iklim demokrasi tidak menjamin kesuksesan di sektor krusial, misalnya hukum, ekonomi, maupun sosial dan budayanya. Hukum masih belum mampu menghancurkan korupsi sebagai kejahatan politik era ini,” bebernya.

Penilaian Herry ini muncul ketika salah satu Hakim Konstitusi RI, Patrialis Akbar, diciduk KPK lewat Operasi Tangkap Tangan (OTT). Dan hal ini terus terjadi, seperti pada Bupati Klaten yang terkena razia OTT, juga soal terlibatnya Bupati Katingan dalam kasus asusila dengan selingkuhannya. Ditambah lagi soal kasus penistaan Pancasila dan Bung Karno yang menyeret Rizieq Shihab.

“Itu artinya Indonesia belum selesai berbicara mengenai restorasi di setiap sektor,” lanjutnya.

Meski demikian, mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ini tetap tampak optimis menatap Indonesia maju dan akan sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Baginya, Indonesia secara perlahan akan mengalami fase “Indonesia Hebat” ketika para gurita politik dilokalisir paksa oleh penguasa yang kontradiktif dengan perilaku inskonstitusional.

“Sebagai bahan evaluasi, penguasa di Istana sekarang ini berupaya agresif mendorong fenomena Ahok yang berani merusak pintu kebobrokan elit yang selama ini bertengger nyaman dan hanya memelas kepada publik,” tegas Herry.

Inilah yang bagi Herry merupakan keberhasilan Istana sebagai pemegang kendali bangsa dan negara, melihat secara komprehensif siapa yang layak sebagai petarung ulung menghadapi gurita politik. Ahok dipilih karena gemar menyingkirkan sikap oportunis birokrat, perilaku korup dan tidak kompromi terhadap pelanggar konstitusi.

Tapi meskipun Ahok tidak jadi Gubernur DKI Jakarta, Herry tetap yakin bahwa Istana sendirilah yang akan menyerang secara terbuka sang gurita tersebut.

“Presiden Joko Widodo sendirilah yang akan turun menghancurkan melalui kekuatan hukum. Semuanya ini dilakukan untuk menyelamatkan Indonesia,” pungkasnya. (ms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90