
JAKARTA, SUARADEWAN.com – Meski kaya akan sumber daya alam (SDA), tapi Indonesia masih kalah jauh dalam hal kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini jika dibanding dengan negara-negara tetangga, yang kemudian jadi sebab mengapa Indonesia belum mampu mengolah kekayaan alamnya secara mandiri.
Di samping soal rendahnya kualitas SDM, baik Indonesia maupun negara-negara berkembang umumnya, kesenjangan sosial menjadi satu permasalahan mendesak yang perlu diatasi sesegera mungkin. Kesenjangan ini, terutama di bidang sosial ekonomi, terang sangat memprihatinkan.
Menurut kajian Organization for Economic and Co-operation Development (OECD), hampir semua negara mengalami peningkatan dalam kesenjangan ekonomi di antara penduduknya. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya bangunan liar dan kumuh yang berdiri berdampingan dengan gedung-gedung bertingkat; banyaknya penduduk desa yang mencari nafkah ke kota; banyaknya demonstrasi buruh menutut kenaikan upah; maraknya pedagang kaki lima di seputar pusat perbelanjaan; semuanya menjadi bukti adanya kesenjangan sosial ekonomi secara kasat mata.
Terkhusus untuk Indonesia, Lembaga Keuangan Swiss, Credit Suisse, menempatkan Indonesia di urutan ke-4 dengan disparitas kekayaan tertinggi. Semua ini bisa dilihat dari data Badan Pusat Statistik tentang Indeks Gini Rasio dan Bank Indonesia tentang kekayaan nasional dan simpanan perbankan tahun 2016.
Mengingat tingginya kesenjangan ini yang sudah tentu akan membawa dampak negatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) sebagai organisasi yang mewadahi pengusaha UMKM, terpanggil untuk memberi solusi atasnya.
“Tingginya angka kesenjangan ini dapat menjadi alat provokasi oleh sebagian elemen masyarakat akan adanya ketidakadilan. Demonstrasi akan menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh sebagian masyarakat yang merasa ‘terdzolimi’. Penduduk minoritas berpenghasilan mayoritas menjadi sasaran amuk massa. Terjadi arogansi mayoritas di jalan dan tirani minoritas di kekuasaan,” terang Erik Hidayat Sekjen DPP HIPPI.
Untuk itulah, melalui Focus Group Discussion (FGD), HIPPI akan berbicara tentang Kesenjangan Ekonomi. Agenda krusial ini akan terselenggara pada Jumat, 17 Maret 2017 di Graha Niaga Lt. 22 Jakarta, dengan menghadirkan berbagai narasumber, di antaranya Emil Arifin (WKU HIPPI Bidang Pertanian), Dhaniswara (WKU HIPPI Bidang Hukum dan Advokasi), dan Aviliani (Pengamat Ekonomi).
“Insya Allah FGD ini akan menghasilkan alternatif solusi yang dapat membantu mengatasi permasalahan kesenjangan, baik di tataran konsep maupun di tataran praktik,” tutup Erik. (ms)