Bagaimana PDI-P jika Tanpa Megawati? Sulit Dibayangkan

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Sinyal Megawati Soekarnoputri ingin istirahat dari dunia politik dan menanggalkan jabatan Ketua Umum PDIP semakin meruncing setelah kekalahan beberapa calon kepala daerah usungan partainya.

Meski begitu, yang sebenarnya adalah kekalahan pasangan calon kepala daerah itu bukanlah jadi yang utama Mega ingin mundur. Kekalahan itu hanya menjadi pemicu kembali. Sebab, isu ini muncul setelah ada pernyataan dari Mega sendiri akhir Maret lalu dan pesan dari (Alm) Taufik Kemas sang suami.

Jika benar Megawati akan pensiun dalam waktu dekat ini, Kesiapan Kader PDI-Perjuanganlah yang harus diukur, apakah sudah siap jika tanpa Megawati Soekarnoputri. Kesolidan Partai juga menjadi pertanyaan apakah akan tetap solid jika tak dipimpin oleh kalangan dari trah Soekarno.

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendro Satrio menilai kesiapan dan kesolidan kader partai yang harus dipertanyakan, Dia ragu PDIP bisa sesolid sekarang bila Mega diganti oleh pihak lain, baik dari trah Soekarno atau yang lainnya.

“Nah apakah kemudian kalau Megawati diganti PDIP bisa tetap solid. Diganti Jokowi misalnya, kader yang paling kinclong sekarang apakah kemudian mereka tetap solid?” kata Hendro sebagaimana dikutip dari inilah.com, Jakarta, Selasa (25/4/2017).

Hal senada juga diungkapkan oleh Peneliti Pusat Laboratorium Politik Indonesia, Mohammad Hailuki. Dia mengaku bingung jika PDI Perjuangan tidak dengan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum nanti karena ingin pensiun.

“Sulit membayangkan PDIP tanpa Mega,” kata Hailuki, Selasa (25/4/2017)

Meski begitu, menurutnya Ibu mega telah berhasil mencetak banyak kader di PDI Perjuangan, seperti beberapa kader cemerlang partai yang menempati posisi-posisi strategis di pemerintahan dan legislatif.

“Artinya, Mega berhasil regenerasi. Mungkin sampai pemilu 2024 Mega masih berperan sentral,” ujarnya.

Direktur Lembaga Survey dan Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara mengatakan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri harus melakukan regenerasi usai menelan kekalahan Pilkada DKI 2017.

“Ya setuju regenerasi, karena partai akan bertahan dalam era sekarang itu kalau dia melakukan regenerasi. Jadi tidak bisa lagi dia mengandalkan oligarki partai dan harus menunjukkan juga kepada publik kaderisasi ditubuh partai itu berhasil,” katanya Selasa (25/4/2017)

Siapa Pengganti Megawati?

Prediksi pun bermunculan mengenai sosok yang mampu menggantikan Mega jadi ketua umum.

Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendro Satrio menilai, trah Soekarno ialah sosok yang tepat menggantikan Mega. Sebab, trah Soekarno yang menjadi perekat kader partai tersebut.

Sehingga sangat berat sosok yang bukan dari trah Soekarno dapat menggantikan posisi Mega. Dia meyakini apabila kedepan Mega bener-benar pensiun, maka penggantinya dari trah Soekarno.

“Selama ini yang jadi perekat kader PDIP adalah trah Soekarno, maka agak berat jika bukan dari trah Soekarno,” kata dia Jakarta, Selasa (25/4/2017).

Sebab, kata dia, PDI Perjuangan belum memiliki pengalaman mengganti ketua umum di luar dari trah Soekarno, seperti partai-partai lain yang siapa saja bisa menjadi ketua umum. Asalkan dapat dukungan dari kader partai.

“Karena bisa seperti Golkar yang tidak punya tokoh sentral, siapa saja bisa jadi ketua umum kan susah juga. PDIP belum punya pengalaman itu,” ujar dia.

Senada dengan Hendro Satrio, Peneliti Pusat Laboratorium Politik Indonesia, Mohammad Hailuki mengatakan PDI Perjuangan tampaknya tidak bisa menjadi partai terbuka seperti Partai Demokrat untuk menjaring calon ketua umum.

“PDIP menganut ajaran demokrasi terpimpin, jadi tidak bisa demokrasi bebas terbuka seperti Golkar atau Demokrat,” kata Hailuki sebagaimana dikutip dari inilah.com, Selasa (25/4/2017).

Menurut dia, dalam demokrasi terpimpin itu rakyat harus dibimbing oleh pemimpin yang berjiwa marhaen sehingga proses demokrasi di internal PDI Perjuangan agak sulit untuk menampung figur lain dari luar.

Hailuki juga mengatakan perjalanan Megawati Soekarnoputri untuk berhenti menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan masih panjang sehingga tidak perlu pensiun saat ini.

“Kongres 2020 waktu yang tepat, kalau kata orang Jawa itu tahun kembar alias tahun penentuan, Karena mandat kongres 2015 lalu untuk 5 tahun” Kata Hailuki (25/4/2017).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90