JAKARTA, SUARADEWAN.com – Film pendek berjudul ‘Kau adalah Aku yang Lain’ (KAAL) sempat membuat heboh dan jadi kontroversi di tengah masyarakat, termasuk di media sosial. Ada pihak yang menuding bahwa film berdurasi 7 menit 41 detik itu merupakan desain propaganda Kepolisian untuk mendeskreditkan umat dan ajaran Islam.
Namun pendapat tersebut bisa dipastikan keliru. Bahkan menurut Wakil Ketua Gerakan Pemuda Ansor Abdul Haris Ma’mum, film pendek pemenang Police Movie Festival IV 2017 itu justru sarat dengan pesan edukatif.
“Tapi, untuk film ini, saya menyarankan untuk menontonnya secara utuh, jangan sepotong-sepotong. Sebab, ya nanti jadinya hanya bisa berkomentar miring bahwa film ini melecehkan Islam. Justru saya melihat film ini sarat pesan toleransinya,” kata Abdul.
Menanggapi kontroversi film buatannya ini, sang sutradara Anton Galon kemudian memberikan klarifikasi terkait berbagai tudingan yang terburu-buru itu. Dalam sebuah video yang diterima suaradewan.com, Minggu (2/7), Anton menyatakan bahwa pembuatan film ini tidak ada niatan sedikitpun untuk menyudutkan umat Islam, sebab ia sendiri adalah orang Islam.
“Saya membuat film ini tujuannya untuk kemanusiaan, keberagaman, toleransi. Bahwa Islam itu adalah lembut, toleransi,” kata Anton.
Menurut Anton, sebenarnya kegelisahan orang-orang yang menghujatnya karena membuat film KAAL ini adalah sama dengan kegelisahan dirinya, bahwa Islam itu tidak sama dengan tokoh ‘Si Mbah’ yang digambarkan berpikiran sempit dalam film pendek itu.
“Islam itu adalah seperti tokoh yang lain selain Mbah itu, terutama seperti tokoh Kyainya,” tukasnya.
Meskipun begitu, Anton mengakui bahwa karyanya tidak bisa memuaskan semua orang. Karena itu ia memohon maaf terhadap semua pihak yang merasa tidak puas dengan karya filmya itu. Anton juga kembali menegaskan atas nama Allah, bahwa dalam lubuk hatinya yang paling dalam tidak ada niat untuk melecehkan dan merendahkan agamanya sendiri, agama Islam.
Dalam video yang sama, salah seorang pemeran film KAAL, Kyai Budi Hardjono, mengungkapkan bahwa film tersebut dibuat atas dasar kegelisahan mereka pada kondisi Indonesia yang sejak dulu kala aman, damai, dan rukun, dan jangan sampai berubah menjadi kondisi yang kacau.
“Dari situlah muncul sebuah naskah dari Kang Anton Galon ini. Cuma dia punya naskah belum final judulnya. Kemudian datang ke kami, saya baca, saya cermati secara mendalam, kemudian secara spontan saya kasih judul ‘Kau adalah Aku yang Lain’,” kata Kyai Budi.
Kyai Budi menjelaskan, inti dari film yang mereka gagas bersama itu adalah untuk memberikan pencerahan tentang kehidupan harmoni pada masyarakat melalui film pendek. Mereka bermaksud, meskipun dalam bermasyarakat ada banyak cara pandang dalam melihat suatu persaoalan, namun bisa saja perbedaan cara pandang itu kemudian mengkerucut menghasilkan solusi bersama atas suatu persoalan secara damai tanpa perlu ada benturan.
“Inilah bagian dari hal yang dibaca oleh siapapun, sehingga nanti akan muncul sudut pandang dari berbagai sisi dan melahirkan film ini. Saya mohon dengan hormat semuanya untuk cooling down, meahami sebagaimana yang kami kemukakan,” tukas Kyai Budi.
Selain itu Kyai Budi juga menjelaskan mengenai sosok Polisi dalam film itu. Menurutnya, film ini memang dilombakan dalam Police Movie Festival IV 2017, namun peran tokoh Polisi disana hanya berbicara mengenai kemanusiaan secara universal.
“Saya harap semua pihak untuk cooling down, memandang secara arif terhadap sebuah karya,” demian Kyai Budi. (za)