JAKARTA, SUARADEWAN.com — Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengungkapkan, generasi muda rentan terpapar radikalisme di media sosial. Sasaran paham radikal tersebut adalah generasi muda berusia 17-24 tahun.
“Di media sosial disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme, khususnya generasi muda, rentang kendali biasanya umur 17-24 tahun ini menjadi target utama, selebihnya di atas itu second liner,” katanya dalam diskusi ‘Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial’ di Youtube TV NU, Selasa (30/3).
Menurutnya, kecenderungan itu dikuatkan dari survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terbaru. Yakni 80% generasi milenial rentan terpapar radikalisme.
Dari catatan BIN, lanjut Wawan, generasi milenial lebih cenderung menelan mentah informasi, tidak melakukan cek, ricek dan kroscek. Hingga, sikap intoleran muncul ke generasi yang tidak kritis berpikir.
“Penyebaran radikalisme di media sosial menjadi menarik bagi generasi muda, sebab generasi muda berada di usia yang rawan karena kebutuhan jati diri dan eksistensi,” ucap Wawan.
“Penyebaran paham radikal yang sering dibumbui narasi heroisme, kemudahan akses internet dan banyaknya waktu luang, kemudian konten dan narasi radikal disebar dengan mudah dan diakses generasi muda,” sambungnya.
Selain itu, kata Wawan, di media sosial kerap bertebaran cara cara membuat bom. Kemudian, diajarkan cara gerilya dan menyerang.
“Bagaimana tentang potensi radikalisasi generasi muda lewat media sosial, karena pada kenyataannya mereka banyak berguru kepada media sosial dan disini banyak sekali bertebaran cara-cara membuat bom,” ungkapnya.
“Cara agitasi maupun mengajak mereka untuk bergabung sebagai anggota. Kemudian mengajarkan bagaimana menyerang, kemudian teknik gerilya kota,” tambah dia.
Wawan menambahkan, tiap tahun pengguna internet cenderung mengalami peningkatan. BIN selalu melakukan patroli siber untuk mencegah konten radikalisme.
“Pengguna internet cenderung mengalami kenaikan dari pertahun, namun kenaikan pengguna Internet media sosial menjadi celah penyebaran kaum intoleran dan radikal dan BIN telah melakukan patroli siber 24 jam,” pungkasnya. [rnd/mer]