JAKARTA, SUARADEWAN.com – Serangan mematikan yang baru-baru ini ditembakkan oleh kapal perang Amerika Serikat (AS) USS Ross dan USS Potter yang menyasar pangkalan militer angkatan udara Suriah, Kamis (6/4/2017), menuai kecaman dari berbagai pihak.
Kecaman tersebut tak hanya dituai oleh pihak pemerintah Rusia Presiden Bashar al-Assad, tapi sekutu Suriah, yakni Rusia, pun ikut mengecam aksi yang banyak kalangan nilai sebagai aksi paling dramatis tersebut sejak Donald Trump menjadi Presiden AS.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, apa yang telah dilakukan AS dengan menembakkan rudalnya ke pangkalan militer Suriah, tak lain sebagai invasi.
“Sebuah agresi terhadap bangsa yang berdaulat,” tegas Putin, Sabtu (8/4/2017).
“Mereka (AS) melanggar hukum internasional, dan juga di bawah dalih yang diciptakan,” imbuhnya melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov.
Sebelumnya, AS berdalih bahwa serangan yang dilancarkannya merupakan aksi balasan lantaran militer Suriah menghantam pihak oposisi di Khan Sheikhoun, Selasa (3/4/2017), dengan menggunakan senjata kimia. Hal ini pun dibantah oleh pihak Suriah maupun sekutunya.
“Tentara Suriah tidak memiliki senjata kimia,” tegas Peskov kembali.
Presiden al-Assad sendiri juga telah menyatakan bantahan jika pihaknya menggunakan gas beracun dalam serangannya ke pihak oposisi. Ia mengklaim bahwa mereka menghancurkan gudang senjata oposisi pemberontak yang ternyata menyimpan peluru atau granant berisi gas beracun.
Seperti diketahui, dalih penggunaan gas beracun (bahan kimia) oleh militer Suriah sebelumnya juga pernah dilontarkan oleh AS di bawah pemerintah Barack Obama. Namun hal itu tidak sampai menginvasi Suriah karena dicegah oleh Rusia dan tidak didukung Kongres AS pada waktu itu. (ms)