Cegah Radikalisme, BPET MUI Jelaskan 10 Islam Washatiah untuk Kalangan Muda

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Ketua BPET MUI Pusat Muh Syauqillah, menjelaskan banyak kasus radikalisme ternyata adalah kalangan muda. Ini harus disadarai oleh kita semua.

Dan Global Terorisme Indeks 2020, ini berkaitan dengan metode rekruitmen. Salah satunya adalah melalui online propaganda yang meliputi rekruitmen, propaganda, pendanan, pelatihan, konsolidasi, perencanaan dan pembaiatan, famili dan pertemanan.

“Terkait paradigma moderasi beragama, ada teori Levelling Teror Actor yang meliputi mereka yang, 1) pendana pasif, 2) pelaku teror, 3) pendukung aktif, 4) aktif di jaringan teror, 5) aktif di pemikiran dan operasional, 6) tokoh promeinen/ideolog. Saya katakan, dengan ini bahwa program moderasi beargama harus meliputi setiap levelnya. Jika tidak, maka akan sia-sia. Jadi dari hulu ke hilir,” papar Syauqillah dalam webinar PB Ikami Sulsel dengan tema Titik Temu : Moderasi Beragama dan Kebangsaan Bagi Kalangan Millenial, pada Sabtu 12 Maret 2022.

Syauqillah juga menuturkan, ada 10 prinsip Islam Washatiah yang perlu dipahamii oleh generasi muda khususnya.

“Pertama, Tawassuth (tengah), Kedua, Tawazun (seimbang), Ketiga I’tidal (lurus/tegak), keempat Tasamuh (toleransi), kelima Musawah (egaliter), keenam Syuro, ketujuh Ishlah (reformasi), kedelapan Adawiyah, kesembilan Tathawwr wa ibtikar (dinamis dan inovatif), dan sepuluh Tahadhdhur (berkeadaban).

“Jika seandainya prinsip-prinsip ini bisa dihayati dengan baik dan dipraktikkan urgensinya, maka kita tak perlu khawatir generasi berikutnya yang akan memegang peranan penting apakah akan terjerumus pada teror atau tidak. Karena dengan itu semua maka tidak akan,” papar pakar radikalisme ini.

Muhammad Nuruzzaman

Diacara yang sama, Staff Khusus Menteri Agama Muhammad Nuruzzaman menyampaikan kenapa isu ini penting. Karena kementrian agama jadi leading sektor di bidang ini.

Ada tiga hal. Pertama, karena ada praktik agama yang ekstrim dan berlebihan. Kedua adanya klaim sebab kebenaran subjektif sepihak. Makin banyak klaim mengakfirkan, bahkan emmurtadkan. Ketiga, ada orang beragama kemudian keluar dari konsesus kebangsaan.

“Nah inilah yang membuat kenapa moderasi itu penting untuk terus digaungkan,” kata Nuruzzaman.

“Lalu apa sih indikator orang sudah bermoderasi dalam beragama. Pertama, tidak memiliki pandangan yang ekstrim sampai pada implemetasi mau bekerjasama dengan orang lain, kedua setia dan komitmen pada konsesnsus kebangsaan, dan ketiga memiliki tujuan hidup untuk tetap memberikan kemashlahatan untuk sebanyak mungkin umat manusia,”

Ketiga, tandasnya, anti-kekerasan dan anti-memaks, justru sebaliknya mengedepankan kasih sayang. Keempat,yaitu toleransi kepada budaya.

Terakhir, hal yang penting untuk disadari adalah bahwa program moderasi beragama itu bukan hanya untuk umat islam. Akan tetapi, juga kepada umat lain seperti ke gereja-gereja seperti di Papua sehingga tidak muncul lagi isu-isu yang ingin melepaskan diri dari NKRI. (aw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90