JAKARTA, SUARADEWAN.com – Kabar tentang adanya penutupan percetakan al-Quran mendapat respon kecaman dari mantan Kementerian Agama RI (alm) Maftuh Basuni. Ia bahkan tampak sedih ketika mendengar kabar tak elok tersebut. Menurutnya, program satu rumah satu kita suci Al-Quran jelas terancam tidak akan pernah terwujud.
Menteri Agama di masa Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I ini sampai tak habis pikir bagaimana bisa dana yang diinvestasikan dalam jumlah yang tak sedikit untuk pengadaan mesin-mesinnya itu, dalam perjalanannya, justru masuk ke “liang kubur” alias mati tak terurus. Harapan untuk memenuhi program Kemenag pun jadi nihil.
“Ya, jadi mesin besi karatan dan besi tua,” ungkap Maftuh di kediamannya, Rabu (11/8/2016).
Seperti diketahui, lembaga percetakan al-Quran ini dibangun dari uang APBN dan dikelola sebagai badan layanan umum (BLU) di bawah pembinaan Departemen Agama. Dana yang dihabiskan mencapai Rp. 30 miliar di atas lahan seluas 1.530 meter persegi.
Di atas lahan seluas itu, kenang Maftuh, ada mesin pracetak, cetak web, cetak warna, cetak sheet DS4, dan mesin-mesin lainnya. Dia mengaku telah mencari mesin cetak terbaik, yang saat itu meminta rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia pun menyesali atas nasib mesin-mesin itu yang diduga ditutup setelah dirinya tak lagi di Kemenag.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Deding Ishak. Dia menyayangkan adanya kabar yang menyebut ditutupnya percetakan al-Quran. Hal ini, menurutnya, hanya akan meniadakan upaya pelestarian al-Quran di Indonesia.
“Kalau ini dilakukan, akan mengurangi atau meniadakan gagasan awal menggandakan dan melestarikan al-Quran pada umat Islam di Indonesia,” katanya, Sabtu (13/8/2016).
Dia mengingatkan, saat ini al-Quran sudah menjadi bagian dari kehidupan umat Islam. Apalagi ada keinginan untuk memiliki banyak penghafal al-Quran dan penyelenggaraan MTQ.
“Ini saya belum mendengar secara detail, sudah coba saya hubungi (pihak Kemenag). Tentu saya mempertanyakan dan merasa tidak tepat kalau ditutup itu. Alasannya belum bisa kita pahami,” lanjut Deding.
Atas hal itu, Kementerian Agama mengklarifikasi bahwa itu hanyalah isu. Sebagaimana dinyatakan oleh Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Machsin, UPQ yang beroperasi di Ciawi, Bogor hanya dihentikan sementara karena perubahan manajemen dari Lembaga Percetakan al-Quran menjadi Unit Percetakan al-Quran (UPQ).
Machsin juga membantah bahwa mesin cetak UPQ tidak beroperasi. Padahal, terangnya, mesin-mesin yang diinventasikan di jaman Maftuh Basuini itu masih beroperasi hingga sekarang.
“Mesin cetak utama siap operasi, tetapi kapasitasnya tidak didukung dengan mesin-mesin untuk finishing. Sekarang sedang dilakukan proses pembelian mesin-mesin pendukung supaya kapasitas produksinya bisa lebih cepat,” tandasnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/8/2016).
Bahkan, menurutnya, UPQ Bogor akan kembali mencetak 35 ribu mushaf al-Quran. Proses cetaknya sudah dimulai pada September 2016. Dia pun menegaskan bahwa selanjut, tidak ada lagi pengadaan kitab suci Islam melalui tender langsung. Pencetakan akan dilakukan UPQ sesuai dengan tugas dan fungsinya. (ms)