JAKARTA, SUARADEWAN.com – Ada korelasi antara antara penggunaan energi dengan kamajuan sebuah negara. Artinya sebuah negara akan maju dan bergerak ke depan, manakala ada kepastian ketersediaan energi.
“Subsidi bahan bakar minyak dan subsidi LPG dan lain sebagainya yang selama ini terjadi layak mendapatkan perhatian kita. Sebab sampai saat ini impor BBM dan bahan minyak mentah kita mencapai 700.000 barel/hari. Hal ini meningkatkan resiko Indonesia dipermainkan oleh para mafia.” ujar Fabby Tumiwa peneliti dari Institute for Essential Services Reform
“Tidak sentralnya kebijakan sektor energi antara PLN dan Kementrian ESDM membuat persoalan energi semakin semrawut. Hal ini membutuhkan kerja nyata dari para pihak untuk menata kebijakan soal energi kita dimasa depan”. ujar Husni Thamrin, Politisi Partai Demokrat
Kedepan harus kita bangun upaya mengurangi ketergantungan import BBM. Starteginya adalah dengan mengembangan energi baru terbarukan dimasa yang akan datang. Konservasi energi di banyak sektor harus dimulai dan capaian capain target tahunananya. sehingga kerja ini mulai bisa kita ukur.
Perubahan iklim merupakan 1 hal yang banyak mempengaruhi dunia. Beberapa kesepakatan telah dilahirkan dalam rangka mengatasi dampaknya. Salah satunya adalah kesepakatan yang dicapai mellaui COP. Salah satau hasil kesepakan paris (Paris Agreement) ada 2 hal yang penting. Dunia setuju untuk membatasi pemansan global dibawah 2 derajat. selaian itu, setelah tahun 2050 negera negara akan mencapai karbon netral.
“inilah pentingnya membahas kebijakan energi dan perubahan iklim. sebab perubahan iklim telah menjadi foktor determinan terhadap perubahan di masyarakat. terutama pada sektor makanan, pabgan, kesehatan dll. Di Indonesia kebijakan soal lahan juga layak mendapatkan perhatian. Sebab 65 % penyumbang emisi terbesar di Indoneaia adalah karena sektor kebakaran lahan. Inilah pentingnya selalu kita mendorong inovasi dalam rangka menemukan energi baru terbarukan di Indonesia” ujar Billy Ariez, Dari Garda Bangsa. (aw)