JAKARTA, SUARADEWAN.com -Perubahan iklim saat ini memang ada pada titik yang mengkhawatiran. Bumi yang kita tempati terancam punah. Hal itu sering disuarakan oleh para aktivis lingkungan, seperti Greenpeace Indonesia. G20 kemarin yang diselenggarakan di Bali juga tak luput dari pembahasan itu. Seharusnya topik tersebut menjadi perhatian kita semua, khususnya pemerintah selaku pemangku kebijakan.
Seperti dalam unggahan instagram @bksapdpr, Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Bapak Dr. Fadli Zon, S.S., M.sc (F-Gerindra), mengusulkan tiga poin dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang kian mengkhawatirkan. Hal tersebut disampaikan pada sesi Climate Action and Sustainable Development: How Can Parliament Address The Interlinkages for a More Resilient World? Sidang COP27 di Sharm El-Sheikh, Mesir, Minggu (13/11/2022).
“Kita membutuhkan multilateralisme lebih dari sebelumnya. Kerja sama internasional sangat penting karena dampak dari perubahan iklim sudah melampaui batas. Parlemen, melalui upaya diplomasi, harus bertindak sebagai katalis untuk memperbarui solidaritas antar negara untuk mewujudkan Perjanjian Paris,” usul Fadli Zon.
“Kedua, golongan rentan harus diutamakan untuk mendapat prioritas perlindungan. Dan yang ketiga adalah kepemimpinan yang kuat. Apalagi perjuangan melawan dampak perubahan iklim merupakan mesin penggerak dalam memulihkan dunia. Parlemen harus mengawasi dan memastikan akuntabilitas atas semua upaya pemerintah untuk pemulihan global serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim,” ujarnya.
Turut hadir dalam sidang COP27 di Sharm El-Sheikh, Wakil Ketua BKSAP DPR RI Bapak Gilang Dhielafararez, S.H., LL.M. (F. PDI Perjuangan), Bapak Putu Supadma Rudana, M.B.A., dan Bapak Dr. Mardani Ali Sera, M. Eng., . Hadir pula Anggota BKSAP DPR RI Irine Yusiana Roba Putri, S.Sos., MCOMN & MEDIAST dan Ibu Ina Ammania (F-PDI Perjuangan) serta Ibu Dewi Coryati (F-PAN).
