JAKARTA, SUARADEWAN.com – Menteri Koordinator Politik Hukum dan Kemanan Wiranto Melakukan silaturahmi dengan jajaran tokoh agama dari Front Pembela Islam dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI di Kediamannya di Jakarta, Kamis (9/2). Banyak hal-hal yang dibicarakan terkait kondisi di Indonesia saat ini.
Menko Polhukam mengatakan, pertemuan tersebut membahas sikap tokoh ulama terhadap pemerintah Indonesia. Menurutnya, apa yang dilakukan Habib Riziq bersama para ulama hanya sebagai ungkapan bahwa ada satu kesatuan umat islam yang ingin membantu negeri ini mewujudkan cita-cita nasional. “Hari ini saya mendapatkan tamu istimewa di rumah dinas saya. Karena tamu ini teman-teman lama, terutama Habib Rizieq (Habib Riziq Shihab) yang sudah saya kenal sebelum tahun 2000 yang secara faktual bersama-sama mengamankan negeri ini menghadapi masalah global dan buruknya ekonomi dunia. Pertemuan ini kelanjutan hubungan silaturahmi dengan Habib, FPI dan GNPF,” kata Menko Polhukam Wiranto usai berbincang bersama di kediamannya.
Sementara terkait masalah hukum, Menko Polhukam menegaskan bahwa hukum di Indonesia akan ditegakkan dengan adil, tidak direkayasa dan tidak dibuat-buat. Karena saat ini pemerintah sedang membangun kebaikan untuk masyarakat dalam ketertiban dan keamanan. “Tapi banyak yang memberikan satu pemahaman yang salah sehingga ada miskomunikasi antara pemerintah dengan para tokoh agama ini,” kata Menko Polhukam Wiranto.
Sementara itu, Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, komunikasi yang sudah berlangsung lama namun sempat terhenti akhirnya berlanjut lagi.
“Yang disampaikan Pak Wiranto sangat luar biasa yang mana perlu ditegaskan bahwa kami sudah bersahabat cukup lama. Makanya kalau belakangan komunikasi tersumbat dan terjadi kesalahpahaman, saya lihat pertemuan ini luar biasa, bisa mencairkan kebekuan,” katanya.
Habib Rizieq menegaskan, FPI memiliki komitmen yang kuat tentang kebangsaan dan kenegaraan. Dikatakan, umat muslim di seluruh Indonesia memiliki tekad menjaga NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
“Kami terkejut FPI disebut anti pancasila, anti kebangsaan, dan sebagainya. Tetapi Pak Wiranto melihat pandangan kami tentang NRI tidak pernah berubah. Mudah-mudahan komunikasi ini semakin baik agar tidak terjadi lagi misunderstanding,” kata Habib Rizieq.
Berita Terkait