JAKARTA, SUARADEWAN.com – Kabar bohong alias hoax kembali beredar di media sosial WhatsApp. Seperti yang sudah-sudah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, untuk kesekian kalinya, jadi sasaran penyebaran fitnah di mana ia diisukan seolah-olah akan menghentikan aksi 505 yang rencananya akan berlangsung pada Jumat, 5 Mei 2017.
Dalam pesan hoax tersebut, tampak jelas bagaimana penyebarnya menyudutkan aparat kepolisian dengan mendeligitimasi kerja-kerjanya.
Karena memang, kepolisian selama ini dikenal sukses dalam menangkal gelombang gerakan radikalisme agama dan intoleransi di Indonesia, sehingga tak ayal jika muncul berbagai macam rasa keiri-dengkian terhadap aparat kepolisian, terutama dari mereka yang anti-pemerintaha (pelaku makar).
“Rencana untuk gagalkan aksi 505 apa ni pak Tito?” tanya seseorang dengan sosok invisible hand memulai percakapan itu.
“Tangkap saja korlapnya H-1 acara,” jawab pengguna WA lainnya yang mengatasnamakan Tito Karnavian.
“Tapi kalau acaranya tetap berjalan bagaimana pak?” tanyanya kembali.
“Bikin pengalihan, dgn bom panci misalnya, atau masukan infiltran kita untuk buat kerusuhan,” jawab Tito.
“Yang sudah2 juga strategi itu gagak pak, bagaimana dong?” lanjutnya bertanya.
“Ya bikin konflik horizontal umat islam kek, atau apa kek, kan banyak tuh infiltran kita yang nyusup di tubuh ormas islam? Udah pusing saya nih ditekan terus dari atas,” jawab Tito kembali dengan nada seolah berada di bawah tekanan penguasa.
“Siap 86,” lanjut si invisible hand.
Membaca rangkaian pesan tersebut, tentu kita tak perlu susah-susah membuktikan bahwa apakah percakapan tersebut adalah asli atau hoax/fitnah. Dari cara komunikasinya saja sudah terlihat bahwa rangkaian pesan WA tersebut adalah palsu.
Meski demikian, bukan berarti bahwa hal seperti ini harus disepelekan. Apalagi diketahui bahwa penyebaran isu hoax semacam ini, bisa dikatakan, sangat efektif mempengaruhi massa lapisan bawah.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik dari Indonesia Democracy Network (IDN) Firmansyah menilai bahwa propaganda semacam ini merupakan bagian dari upaya kelompok anti-pemerintah (pelaku makar). Sekali lagi, mereka hanya hendak mendeligitimasi kerja-kerja aparat Kepolisian RI melalui pelayangan fitnah terhadap Kapolri Tito Karnavian.
“Ini kan sebetulnya dilakukan untuk membangun citra negatif kepolisian. Apalagi mereka sudah mau aksi. Jelas mereka ingin sekali mendeligitimasi aparat kepolisian,” terangnya pada Rabu (3/5/2017).
Firmansyah pun berharap bahwa kepolisian harus siap siaga dalam merespons isu-isu yang sengaja disebar oleh mereka yang tak bertanggungjawab. Baginya, penyebarnya tak boleh dibiarkan, harus ditindak tegas secara hukum.
“Bahaya kalau penyebaran hoax seperti ini dibiarkan. Harus segera ditangkap pelakunya. Apalagi yang jadi sasaran ini kan Kapolri,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) juga memberi responsnya. Pihaknya mendesak korps Bhayangkara, khususnya Direktorat Siber Bareskrim Mabes Polri untuk segera menangkap pelaku penyebaran berita hoax dan fitnah tersebut.
“Polisi, khusus tim Siber Bareskrim Mabes Polri, harus segera melacak dan menangkap pelaku penyebar chat hoax tersebut,” tegas Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa.
Ia juga memintah kepolisian untuk tidak segan-segan mengambil tindakan penegakan hukum yang tegas bagi mereka yang dianggap meresahkan masyarakat dengan menyebarkan konten-konten yang tidak berdasar.
“Bagi masyarakat, gunakan media sosial dengan bijak. Jangan malah menyebar kebencian dan fitnah. Jangan kebablasan. Kritis boleh, tapi bodoh jangan,” tegasnya. (ms)