Sosmed  

Imam Besar FPI, Kembali Viral di Youtube Dalam Ceramahnya di Saudi

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Imam besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab kembali menjadi viral di sosial media dan beredar luas di situs youtube. Ceramah yang diunggah oleh akun bernama Ary Prasetyo pada 3 Mei 2017 yang disampaikan dari Madinah itu dinilai bermakna tendensius.

Sejak berita ini beredar, telah ditonton sebanyak 19.235 kali, dilike 43 kali, dan didislike sebanyak 102 kali. Pada awal ceramah itu, Rizieq mencoba memberikan klasifikasi umat dengan kelompok ekstremis fundamentalis.

Berdasarkan itu, menurut Rizieq pemerintah melalui kepolisian dianggapnya telah melakukan kriminalisasi terhadap umat. Bahkan Rizieq menuding kepolisian, bahwa setiap gerakan kelompok fundamentalis pasti akan terus ditekan, dan tidak sedikitpun diberi akses di media massa.

“Jangan pernah beri ruang kepada kelompok-kelompok fundamentalis di media-media resmi (mainstream) tingkat nasional,” kata Rizieq dalam video berdurasi 21:20 menit tersebut.

Rizieq juga mengatakan kalau sejarah kebaikan kelompok ini dikaburkan oleh pemerintah, dan lanjutnya lagi kejelekan sekecil apapun yang dilakukan oleh mereka diviralkan agar membentuk opini-opini yang tidak diterima oleh masyarakat.

Bahkan menurut Rizieq kepada para pengikutnya, kelompok fundamentalis ini dihilangkan gelar-gelar akademik, baik itu bergelar profesor sekalipun. Hal itu dilakukan agar pemerintah menilai kelompoknya sebagai orang-orang yang bodoh, kuper dan tidak berpendidikan.

“Apakah itu profesor, doktor, dan lain sebagainya. Jangan. Cukup sebut namanya saja. Untuk mengopinikan di masyarakat bahwa kelompok fundamentalis ini kuper, bodoh, tidak berpendidikan, tidak punya gelar, dan seterusnya,” ujar Rizieq.

Jadi, bagaimana menghabisi kelompok ini? Habib menjelaskan bahwa mereka akan dikerdilkan, dijauhkan dari lingkungan serta dirangkul para tokohnya agar tidak berbuat macam-macam.

“Satu, kerdilkan mereka. Dua, jauhkan mereka dari masyarakat. Tiga, yaitu didik daripada tokohnya. Kalau bisa dirangkul dirangkul, kalau ga bisa dirangkul, dipukul. Kalau bisa dipeluk dipeluk, kalau ga bisa dipeluk, digebuk,” tambah Rizieq.

Rizieq kemudian kembali menjelaskan, bahwa yang kategori Kedua adalah mereka yang masuk sebagai kelompok modernis. Kelompok ini, kata Habib justru statusnya tidak bermasalah. Sehingga kelompok ini, diberi akses untuk eksistensi dan diberi kebebasan diruang mana pun.

“Dan kalau ada dari mereka yang melakukan kesahaan, tutup itu kesalahan, jangan diviralkan. Kalu mereka melakukan kebaikan sekecil apapun kebaiknnya, maka hal itu harus diviralkan dan harus disebarluaskan,” tambahnya.

Kelompok ini juga diberi kebebasan menempati rentetan gelar mereka, apa itu gelar kehormatan dan gelar akademik. Oleh karena itu, kelompok modernis ini adalah kelompok yang sering berada sebagai kelompok yang memberikan kesejukan dan memberi angin segar pada demokrasi.

Selain dua kelas itu, kelompok yang ketiga lanjut Rizieq disebut sebagai kelompok liberalis. Kelompok ini diberi status sangat aman. Karena kelompok ini menurut Rizieq, tidak hanya dianggap sebagai kawan, tetapi sudah dianggap sebagai antek.

“Beda kawan dan antek. Kalau modernis, itu kawan Barat. Tetapi kalau liberalis itu antek Barat. Jadi mereka sudah tidak memiliki nilai kritis sama skeali,” ungkapnya.

Oleh pemerintah, kelompok-kelompok ini dibesarkan di seluruh negeri-negeri yang berpenduduk mayoritas Islam, termasuk Indonesia. Mereka diberikan akses yang lebih diruang publik, modal yang cukup serta bebas menyampaikan pemikiran liberalnya di media-media.

“Berikan ruang, berikan finansial, berikan tempat, berikan kesempatan di mdia di TV, di radio, di surat kabar, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Kelompok yang selanjutnya, adalah kelompok tradisionalis dalam versi pentolan FPI ini. Nah, kelompok ini diwaspadai keberadaannya, karena memiliki garis ideologi yang hampir sama dengan kelompok fundamentalis. Jika dibiarkan maka ia bisa berubah menjadi fundamentalisme, terang Rizieq.

Dalam ranah publik, kelompok ini tidak diberi akses dengan kelompok fundamentalis, karena menurut imam besar FPI ini, kelompok tradisional ini hampir tidak terbentur sama sekali kecuali hanya dari cara pandang mereka soal demokrasi. (aw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90