YOGYAKARTA, SUARADEWAN.com – Sebelumnya sebuah situs online mempublikasikan sebuah tulisan yang mencatut nama Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, raja di Kesultanan Yogyakarta yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tulisan yang berjudul: MAAF BUKAN SARA, TAPI CINA DAN KETURUNANNYA TIDAK PANTAS JADI PEMIMPIN DI BUMI NUSANTARA. FAKTA SEJARAH, TIONGHOA ADALAH SATU-SATUNYA PENGHIANAT NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI).
Tulisan tersebut menyinggung tentang hak girik keturunan Tionghoa di wilayah Yokjakarta bahwa mereka hanya memiliki hak bangunan semata-mata dan tidak memiliki ha katas tanah di Yogyakarta.
Tulisan tersebut memuatkan sejarah tentang agresi militer kedua Belanda, Desember 1948, bahwa Komunitas Tionghoa di Yogjakarta member sokongan kepada agresor Belanda saat itu, “Maka pada tahun 1950, ketika tegak kembali NKRI kita dari Jogjakarta ini, mereka sudah bersiap-siap eksodus. Tapi oleh Sultan Hamengkubuwono IX, mereka ditenangkan dan Sultan mengatakan, ‘anda meskipun berkhianat kesekian kalinya terhadap negeri ini, tetap kami akui sebagai tetangga dan tidak perlu pergi dan tinggalah disini. Tapi mohon maaf, saya cabut satu hak anda untuk memiliki tanah. Karena keserakahan sepanjang sejarah”
Tidak terima dengan tulisan yang muncul di sebuah situs online tersebut, Sultan HB X akan melapor polisi siang ini.
“Nanti jam 2 saya ke kepolisian laporan. Berita itu tidak betul, wong saya tidak pernah bicara itu kok,” ujar Sultan HB X di kompleks Kepatihan, Jalan Malioboro, Yogyakarta, Rabu(19/4/2017).
Sultan menegaskan dirinya sama sekali tidak pernah mengatakan hal itu. Tulisan yang dimuat dalam situs tersebut mengesankan bahwa Sultan sedang membuat penilaian khusus yang menyudutkan salah satu etnis sebagai pengkhianat bangsa. (SD)