Jawaban Cerdas Jenderal “Naga Bonar” Menjelang Pilkada Jawa Barat

JABAR, SUARADEWAN.com – Deddy Mizwar atau biasa disebut sebagai “Naga Bonar” yang kini merupakan calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) dengan blak-blakan menjawab pertanyaan dari koresponden Senior CNN Indonesia Alfito Deannova, ketika bertanya soal isu SARA yang terjadi di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

“Bagaimana apabila polarisasi di DKI berimbas ke Jawa Barat terkait dengan Kebhinekaan?” tanya Alfito Deannova dalam wawancaranya bersama Deddy Mizwar.

Menanggapi pertanyaan dari Alfito, Wakil Gubernur Petahana Jabar ini kemudian menjawab bahwa isu SARA atau kebhinekaan sudah tidak ada lagi. Hal ini menurutnya hanya dikarenakan penggiringan opini di jagat dunia maya yang begitu banyak melencengkan isu-isu kebhinnekaan.

“Siapa yang mengatakan kita menghadapi masalah kebhinekaan? Tidak ada itu. Yang ada hanyalah akibat seseorang menyinggung perasaan sebagian besar ummat Islam Indonesia. Sudah dihukum, seharusnya selesai. Tapi yang terjadi digiring kita pada masalah kebhinekaan,” kata Deddy.

Pameran jenderal Naga Bonar ini kemudian sejurus menuduh kepada orang-orang yang begitu ketakutan memunculkan isu yang tak bermutu tersebut, lalu panik dan melakukan opini yang bukan-bukan.

“Itu hanyalah akibat orang yang ketakutan. Nyatanya tidak ada etnis cina yang dipinggirkan, tidak ada gereja yang dibakar, bahkan ada orang kristen yang dikawal untuk menikah di gereja, dimana masalah kebhinekaan itu?” jawabnya.

Ketika disinggung soal kekalahan petahana Gubernur DKI Jakarta yang secara popularitas tinggi tapi rendah secara elektabilitas dan kemudian kalah pada putaran ke II.  Deddy pun menimpali dengan pernyataan balik indikator dan tolak ukur seperti apa pemerintah itu dibilang baik?

“Menjadi anomali di DKI kemarin adalah ketika keberhasilan ditunjukkan dengan tingkat kepuasan petahana tinggi tapi elektabilitas rendah, bagaimana Pak Wagub menilai?” tanya Alfito. “Keberhasilan DKI seperti apa?” tanya Deddy kembali.

“Menurut survei.” jawab Alfito. “Survei yang mana? Siapa yang disurvei? Setahu saya tingkat keberhasilan Pemda itu dilihat dari tiga aspek, WTP dari BPK, tingkat penyerapan anggaran dari Kemenpan RB dan penilaian Kemendagri. DKI tidak mendapatkan ketiganya.” tegas Deddy Mizwar.

Sementara, Jawa Barat lanjut Deddy, mendapatkan WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK, tingkat penyerapan tinggi diatas 80%.

“DKI terendah se-nasional kurang dari 60%, warga dirugikan, penilaian dari Kemendagri DKI CC rendah sekali, Jawa Barat A, selangkah lagi sempurna. Jadi keberhasilan itu harus bisa dibuktikan bukan sekedar survei.” lanjut Deddy.

Lantaran perang Cyber yang begitu deras arusnya di dunia maya, indikator kinerja pemerintahan tidak dijadikan acuan sebagai keberhasilan pemerintah.

“Ini yang saya bilang sangat subjektif. Jangan-jangan karena di era citizen journalisme sekarang ini setiap orang bisa beropini, setiap kelompok bisa beropini. Jadi, harus ada indikator penilain kinerja, akuntabilitas dan lain-lain” pintal Deddy.

Deddy pun kembali menegaskan, tidak ada isu kebhinnekaan yang dihubungkan dengan konteks politik. Aktor senior ini bahkan mengatakan aksi damai yang dilakukan umat muslim tidak menimbulkan kekacauan. Justru Islam sangat disudutkan.

“Padahal umat islam luar biasa ‘Masha Allah’, ini pembejaran buat dunia. Bagaimana Islam menyatakan pendapatnya jutaan orang. Tidak pernah terjadi sebesar ini selama bumi ini berlangsung, tapi tidak ada satupun rumput yang rusak.” pungkasnya.

“Sampai suatu ketika, orang yang bukan beragama Islam dengan kemampuannya. Tidak akan pernah terpilih di Indonesia yang mayoritas agamanya Islam.” tanya Alfito.

Hal tersebut tidak menjadi masalah, ucap Deddy. Dan bukan menjadi kesalahan. Keterpilihan umat Muslim yang mayoritas di Indonesia kepad calon Muslim, adalah semata-semata perintah Agama.

“Apakah itu anti kebhinnekaan? tidak. Salahnya dimana? ga ada salahnya, biasakan? Seperti di Papua misalkan non muslim pun tidak akan bisa terpilih disana. Karena mayoritas di sana bukan Islam. Jadi nga ada isu kebhinnekaan yang mengancam NKRI ini.” jawab Deddy.

Deddy Mizwar juga menegaskan kekuasaan “hanyalah” sarana untuk memperluas lahan amal kita, meningkatkan kualitas ibadah kita. Misalkan sebagai aktor film hanya bisa menolong 100-200 orang, dengan jabatan gubernur bisa membantu jutaan orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90