Jika Menang Pilkada, Ahok Berpotensi Dituduh Curang

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Kedewasaan dalam berpolitik adalah syarat wajib bagi para politisi. Sebab, tanpa kedewasaan itu niscaya semua aktifitas politik yang dilakukan akan rapuh, bahkan akan melahirkan kerusakan.

Termasuk dalam momen pemilihan kepala daerah. Jika para politikus gagal memperlihatkan kedewasaan dalam berpolitik, maka patut dipertanyakan motivasi apa sebenarnya yang membuat mereka berpolitik.

Hingga saat ini Pilkada yang paling ramai dibicarakan adalah Pilkada DKI Jakarta. Meskipun prosesi ini hanya untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, namun pengaruhnya terasa sampai ke daerah-daerah di seantaro Indonesia.

Sebagaimana diketahui, dalam Pilkada DKI ini ada dua pasang calon yang akan memperebutkan kursi nomor 1 dan 2 di DKI Jakarta. Yakni pasangan petahana basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, serta pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Menarik jika mencermati pasangan petahana khususnya Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Karena kata-katanya yang terkadang sulit dikontrol atau salah dipahami, mantan Bupati Belitung ini sering menjadi penyebab munculnya kontroversi. Atau minimal dianggap sebagai penyebab persoalan.

Perjalanan Ahok sejak mengajukan diri sebagai Calon Gubernur DKI, hingga berhasil meraih suara terbanyak pada pemungutan suara putaran pertama 15 Februari lalu, tidak terlepas dari warna-warni politik yang menghebohkan.

Sebut saja misalnya persoalan surat al-Maidah 51 dan rekaman pernyataan Ahok di kepulauan seribu. Karena posisi Ahok saat itu adalah sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, maka ada sebagian pihak yang mempolitisasi pernyataan Ahok tersebut untuk menggagalkannya menjadi calon Gubernur DKI Jakarta

Bahkan setelah Ahok resmi terdaftar seabgai calon Gubernur DKI, dan bahkan meraih suara terbanyak pada pemungutan suara putaran pertama, serangan terhadap dirinya masih terus dilancarkan hingga sekarang.

Sebagian pihak sepertinya memang tidak rela jika Ahok menang dalam Pilkada dan menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Buktinya, sudah muncul dugaan-dugaan tendensius yang intinya meragukan kemenangan Ahok jika hal itu memang terjadi.

Sebagian pihak tersebut berasumsi Ahok pasti bermain curang. Dan jika yang bersangkutan menang Pilkada itu pasti karena permainan curang. Hanya saja masalahnya adalah, bagaimana caranya untuk menilai bahwa kemenangan tersebut nantinya pasti karena perbuatan curang.

Sebelumnya, ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional, Amien Rais menuturkan, jika Ahok menang Pilkada karena peruatan curang, maka akan ada gerakan-gerakan untuk mengkoreksi hal tersebut.

“Kalau sampai Ahok menang karena curang, saya kira akan ada gerakan rekonstruksi. Gerakan-gerakan koreksi. Bentuknya seperti apa, saya tidak tahu,” kata Amien saat menghadiri pertemuan di kediaman Prabowo Subianto, Jakarta Selatan, Senin (10/4).

Dalam petemuan para tokoh yang mendukung lawan politik Ahok, yakni Anies Baswedan dan Sandiaga Uno ini, Amien menjelaskan ciri potensi kecurangan yang sudah muncul ke permukaan.

Menurut Amien, salah satu contok kecurangan untuk mempengaruhi pilihan politik warga DKI tersebut adalah dengan menggunakan uang.

“Jelas sekali (dugaan kecurangan), terutama uang,” kata mantan ketua MPR ini.

Dengan kecurigaan itu, secara tidak langsung politikus senior PAN ini sudah meremehkan kesadaran politik warga DKI Jakarta. Yakni dia menganggap bahwa sebagian besar warga DKI adalah masyarakat yang materialistis, yang rela menggadaikan 5 tahun kehidupannya sebagai warga DKI demi lembaran-lembaran rupiah yang bisa habis sesaat. (ZA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90