SUARADEWAN – Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis menuturkan bahwa baik buruknya Islam tergantung Dai’nya.
Tentu yang beliau maksud adalah citra Islam, karena dari semenjak 14 abad silam Islam digaungkan oleh Nabi Muhammad tidak pernah berubah: Islam adalah kasih sayang (rahmat) bagi seluruh umat manusia; Islam adalah as-Salam (kedamaian), yang berubah adalah penganutnya; yang berubah aktor-aktor pemuka agamanya.
Sebagaimana disampaikan dalam postingan akun Instagramnya: @cholilnafis, beliau menyatakan bahwa “Damai atau ributnya pemeluk agama itu tergantung dainya,” jelasnya.
Bahkan di situ beliau tidak mengkhususkan untuk pemeluk agama Islam, namun umum untuk semua pemeluk agama.
Memang dai (penyeru agama atau pemuka agama) memiliki peranan penting dalam membentuk paradigma berpikir bagi pemeluk agamanya.
Pemuka agama bisa menjadi agen yang berkontribusi dalam menciptakan kedamaian atau malah sebaliknya, menyulut api konflik di tengah-tengah masyarakat.
KH Cholil Nafis menghimbau agar para Dai’ berkontribusi dalam membentuk peradaban di Indonesia.
Pesan dan himbauan Rais Syuriah PBNU tersebut sepertinya dilatarbelakangi oleh kerisauan dan pengamatan beliau terhadap kondisi Umat Islam khususnya, dan umumnya semua pemeluk agama di Indonesia.
Menurutnya, umumnya semua pemeluk agama tidak selesai-selesai mengalami perselisihan antar kelompok, dan bukan tidak mungkin akan bertransformasi menjadi konflik fisik, jika tidak cepat diatasi.
Hal itu salah satunya disebabkan oleh ketidakdewasaan individu dalam menyikapi perbedaan pendapat. Dan diperuncing oleh oknum-oknum pemuka agama yang tidak bisa bersikap dewasa.
Alih-alih mendamaikan, justru memperkeruh suasana. Himbauan KH Cholil Nafis kepada para dai untuk menjadi penggerak peradaban bisa menjadi bahan refleksi dan evaluasi bersama bagi kita semua.***