SUARADEWAN.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (Ketum PBNU) Yahya Cholil Staquf sebagaimana unggahan fanpage TVNU (31/10/22), dalam rangka menyambut Religion Forum R20 yang akan diselenggarakan di Bali 2-3 November mendatang beliau menyampaikan: “Agama tidak hanya menjadi legitimasi bagi program-program pembangunan”.
Forum Religion of Twenty (R20) merupakan forum pertemuan tokoh-tokoh agama dunia.
Seperti dirilis website nuonline (31/10/22), R20 diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf, dan diketuai secara bersama dengan Sekjen Ligahammad Al-Issa dari Arab Saudi. Bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia (MWL), dan akan digelar di Grand Hyatt Bali.
Memang seringkali, agama hanya dijadikan alat komoditi oleh sebagian kelompok dan individu. Apalagi pada tahun-tahun politik seperti sekarang ini. Para politisi kerap kali menampilkan baju-baju keagaman dan simbol-simbol yang terkesan religi, serta mendekat dengan sowan/berkunjung ke pemuka-pemuka agama seperti yang terjadi belakangan ini.
Pondok pesantren sudah menjadi rahasia umum dijadikan panggung politik untuk meraup suara dan dukungan masyarakat. Pengurus Besar Nahdhatul secara implisit dan satire menyentil fenomena itu.
Bahkan secara eksplisit dengan tegas beliau menyampaikan: “Sudah saatnya agama tidak dipinggirkan atau sekadar menjadi stempel, tetapi bagaimana agama, nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, bisa berperan atau memengaruhi kebijakan politik dan ekonomi,” pungkasnya.
Jadi bukan politik ataupun politisi yang memengaruhi agama dan pemeluk agama. Kalau hal itu yang terjadi, menjadi sangat ironis. Agama yang harusnya menjadi tuntunan hidup malah ditunggangi dan dieksploitasi demi kepentingan dan keserakahan oknum-oknum, yang sebenarnya tidak pernah memikirkan agama sama sekali.
Dan secara tidak langsung mempermainkan agama dan agamawan.***
