Kontroversi Fiksi, Rocky Gerung: Saya Mau Selamatkan Istilah Itu

JAKARTA, SUARADEWAN.com — Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan klarifikasi soal omongan fiksi dan dungu yang sempat menuai kontroversi publik yang bermula dari acara talkshow Indonesia Lawyer Club soal kitab suci adalah fiksi.

Yang terbaru Rocky memberikan klarifikasinya acara Q&A yang disiarkan oleh Metro TV dan juga diunggah di situs youtube oleh akun @metrotvnews pada Selasa (24/4/2018).

Pernyataan Rocky di ILC itu berbuntut ‘kegaduhan’ laporan-laporan ke polisi soal dugaan penodaan agama yang dilakukan Rocky, hingga masalah statusnya sebagai pengajar di Kampus UI dimana banyak warganet yang mulai ‘menyerang’ dia terkait jenjang pendidikan formalnya, sarjana dari Jurusan Filsafat UI. Terlebih, banyak orang menyebutnya sebagai profesor.

Terkait statusnya ini Rocky sendiri pernah menulis di akun twitter pribadinya dengan menyebut: “Saya tak pernah melamar. Justru UI yang meminta saya ngajar. Tak pernah UI beri surat berhenti. Saya yang menolak ngajar. Mengapa? Karena Filsafat UI dipimpin oleh prof yang tak paham secuil pun filsafat. Ajaib. Silakan cek. Dungu juga UI.”

Setelah kehebohan itu, Rocky Gerung pun menjadi bahan pembicaraan dan sering diundang di berbagai media untuk memberikan klarifikasi dan penjelasan tentang statemen-statemennya utamanya yang berkaitan dengan kata fiksi dan dungu.

Diketahui, dari KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) fiksi merupakan sebuah cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya), rekaan; khayalan, pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran. Sedangkan fiktif bersifat fiksi; hanya terdapat dalam khayalan.

Rocky Gerung kemudian menjawabnya dengan memberikan contoh people, yang menurutnya diterjemahkan sebagai rakyat. Menurut Rocky Gerung, hal itu tidak cukup, karena pengertian rakyat berdasarkan kultur di Indonesia berbeda dengan di tempat atau negara lain.

Ia juga menambahkan contoh seperti kata ‘liberal’ yang jika di Amerika diartikan orang-orang yang pro kiri, Demokrat. Berbeda dengan di Eropa yang mengartikan orang-orang yang pro kanan, Partai Konservatif.

“Jadi ada ketidak cukupan di Indonesia karena culturenya lain,” kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung juga mengatakan jika dalam pikirannya, kata fiktif itu berarti buruk.

“Karena dia bukan sekedar kata sifat dari fiksi, tetapi dia masuk dalam parole orang Indonesia orang Indonesia bahwa fiktif itu negatif. Fiksi sebaliknya, juga di dekatkan dengan fiktif. Ini bukan soal translasi, tapi kalau kita bila ah itu fiksi itu, artinya juga sama dengan fiktif,” imbuhnya.

Rocky Gerung menyatakan jika dirinya ingin menyelamatkan istilah tersebut. Hal itu karena jika tidak bisa menggunakan kata fiksi, maka perangkat imajinasi akan mati.

“Padahal saya mau selamatkan istilah itu, sebab kalau kita tidak bisa pakai istilah fiksi, maka seluruh perangkat imajinasi kita berhenti itu, kita sekedar ini fakta, fakta, fakta. Yang fiksi mana? Fiksi itu mengakibatkan orang berfikir,” ucap Rocky.

Rocky Gerung kemudian memberikan penjalasan dengan mencontohkan kata surga dan neraka.

“Kalau saya misalnya ingin melihat surga, saya mengibaratkan itu sebagai kebun bunga atau taman. Karena saya akrab dengan itu, tapi anak, 300 tahun ke depan surga itu bukan lagi taman bunga, karena dia tidak punya bayangan akan itu. Mereka membayangkan sendiri surga itu, apa misalnya itu kembang api karena korslet listrik, macam-macam itu. Demikian pula dengan neraka, pengertian kita tentang api neraka itu adalah api yang riil. Buat orang zaman 300 tahun ke depan, dia bilang neraka itu adalah komputasi, neraka itu adalah model matemati. Jadi ketidak cukupan itu menyebabkan orang jadi dungu sebetulnya, karena tidak mampu menghasilkan imajinasinya,” kata Rocky Gerung.

Rocky gerung mengungkapkan jika dirinya ingin menolak pendunguan tersebut karena kegagalan mengaktifkan imajinasi. (tb)

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.

https://youtu.be/E_1g6a1dSJg

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90