JAKARTA, SUARADEWAN.com – Dampak krisis ekonomi global sangat berpengaruh kepada ekonomi negara-negara maju. Dampak ini pun dialami Indonesia ketika nilai ekspor yang turun akibat penurunan permintaan dari berbagai negara.
Krisis ini perlu dicari solusinya, salah satunya adalah dengan cara melirik pasar baru non tradisional. Menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi), sampai saat ini banyak negara-negara yang dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai salah satu negara tujuan ekspor.
“Pasar-pasar baru banyak sekali yang tidak pernah kita urus, coba lihat Afrika, ini pasar yang sangat besar. Jangan biarkan swasta menerobos sendiri, biayanya terlalu besar, tidak mungkin. Pasti negara dulu yang hadir,” tegas Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/2).
Menurut Jokowi, di Afrika potensi pasar mencapai USD 550 miliar. Namun, nilai ekspor Indonesia ke Afrika hanya mencapai USD 4,2 miliar.
“Coba lihat negara lain, Afrika, coba lihat Eurasia, negara-negara ini pernah kita liat, enggak serius, enggak memberikan perhatian yang serius pada mereka. USD 251 miliar. Nilai ekspor kita enggak ada 1 billion saja enggak ada, masih besar sekali,” kata Jokowi.
Negara-negara di Timur Tengah juga harus dilirik. Dari total potensi perdagangan USD 975 miliar, Indonesia hanya melakukan ekspor senilai USD 5 miliar ke Timur Tengah.
Selain itu, untuk India dari total potensi ekspor USD 375 miliar, nilai ekspor Indonesia hanya mencapai USD 10 miliar. Padahal, besarnya potensi ekspor seperti CPO hingga batu bara yang tidak diurus secara serius oleh pemerintah.
“Ini peluang-peluang masih banyak sekali, ajak UKM-UKM kita itu berpameran yang sudah memiliki standar kualitas packaging. Ajak mereka ke sana,” tutur Presiden.
Potensi lainnya juga terdapat pada beberapa negara lainnya seperti Sri Lanka, Bangladesh, hingga Pakistan. Jokowi pun meminta agar hal ini tidak dipandang sepele. Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dan seluruh atase perdagangan pun harus benar-benar memanfatkan peluang ini.
“Pakistan, jangan dianggap sepele pasar-pasar seperti ini, gede. (Dari potensi) USD44 miliar baru masuk USD2 miliar, Bangladesh (potensi) USD41 miliar, baru masuk USD1. Sri Lanka (potensi) USD19 miliar baru masuk USD0,3 miliar, gede sekali,” pungkas Jokowi. (ET)