JAKARTA, SUARADEWAN.com – Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait agama dan politik beberapa waktu lalu banyak disalah artikan sehingga menimbulkan polemik. Beberapa kalangan menganggap, Presiden berniat memisahkan antara agama dan kehidupan bernegara.
Menanggapi hal itu, Jokowi menjelaskan bahwa pandangan yang ia sampaikan saat berkunjung ke Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, pada akhir Maret lalu, bukanlah untuk memisahkan nilai-nilai agama dalam politik, melainkan untuk menekankan agar agama jangan sampai dijadikan komuditas politik.
Pasalnya, dalam konteks tertentu, banyak pihak yang menyalah artikan hubungan agama dan politik, akibatnya politisasi agama diperagakan untuk kepentingan politik pragmatis. Praktek semacam ini, terang Presiden harus dikritisi karena akan mendistorsi nilai-nilai luhur yang ada di dalam agama.
Menurut Jokowi, setiap agama memiliki nilai-nilai kejujuran dan nilai-nilai moralitas. Dan setiap keputusan kebijakan dari pemerintah didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
“Itulah sambungnya politik dan agama. Jangan dibelokkan. Masak politik tidak boleh dihubungkan dengan agama,” terang Jokowi di Pondok Pesantren Kholifatulloh Singo Ludiro, Kecamatan Mojolasan, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (8/4/17). (DD)