JAKARTA, SUARADEWAN.com – Efektivitas media sosial dinilai perlu dalam menangkal aksi radikalisme yang belakangan ini sangat marak terjadi. Hal ini disampaikan oleh peneliti dari Alvara Research, Husen Asy’ari.
Memang, menurut Husen, keberadaan media sosial, di satu sisi sangat berlawanan. Bahwa media sosial kini menjadi alat penyebaran radikalisme, bahkan masif dilakukan dengan menyasar anak-anak muda.
“Diperlukan suatu tindakan yang tepat dalam penggunaan media sosial sebagai bentuk attacking (penyerangan) terhadap persebaran radikalisme, termasuk berita-berita maupun informasi yang disangsikan kebenarannya alias hoax,” tutur Husen dalam acara Halaqoh Penguatan Kepemimpinan Kyai Muda Pondok Pesantren di Hotel Ciputra Semarang, Kamis (13/4/2017).
Aspek itulah yang bagi Husen perlu ditingkatkan dari penggunaan media sosial. Apalagi diketahui bahwa radikalisme sudah menjangkiti masyarakat Indonesia. Persebaran tersebut banyak dilakukan dengan memanfaatkan media sosial.
“Tanggapan yang kemudian dilanjutkan dengan membagikan kiriman sebenarnya justru membantu persebaran radikalisme tersebut. Inilah yang diinginkan oleh para penyebar radikalisme,” ungkapnya kembali dalam acara yang diadakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI.
Husen pun menegaskan bahwa terhadap informasi yang berbau radikalisme di media sosial, tidak perlu ditanggapi apalagi dibagikan.
“Kita harus pandai dalam mengelola media sosial. Selain sebagai serangan terhadap radikalisme, juga sebagai penjelasan dan pemahaman mengenai pengetahuan yang dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya pengguna media sosial,” terangnya.
Senada dengan itu, praktisi media Wibowo Prasetya juga mengungkapkan bahwa di era digital ini, penetrasi teknologi menjadi hal yang penting. Apalagi generasi milenial dan Z saat ini begitu dekat dengan gawai.
“Di era digital, membuat web itu sangat mudah. Media sosial menjamur. Peran media mainstream perlahan mulai terpinggirkan. Contohnya, generasi sekarang lebih dekat dengan gawai, jarang di antara anak-anak muda yang membaca koran dan sejenisnya,” tutur Wibowo.
Untuk itu, tambahnya, perlu adanya media alternatif yang dapat diterima dengan mudah oleh anak-anak muda sekarang. Misal, radio streaming atau komik.
“Bisa juga dengan memanfaatkan media sosial yang sedang popular seperti instagram,” sambungnya. (ms)