Tell me what you eat, and will tell you what you are – Anthelme Brillat Savarin
ADA pepatah mengatakan bahwa, untuk menilai seseorang, lihat buku apa yang ia baca, mungkin juga berlaku ketika ingin menilai seseorang dengan apa yang ia makan. Makananmu menunjukan siapa dirimu. Makan adalah kebutuhan primer, makan merupakan rutinitas dan kebutuhan yang vital bagi manusia.
Makanan siap saji atau istilah kerennya Junk Food adalah pilihan dari banyak jenis makanan bagi mereka yang tidak memiliki waktu untuk melakukan aktivitas mengurus sebuah makanan dirumah maupun ditempat kerja. Berbagai rutinitas manusia baik di negara-negara maju semacam Amerika Serikat, Pilihan Junk Food merupakan pilihan terbaik.
Kebanyakan mereka yang tidak mempunyai waktu adalah seperti buruh kantoran dan terkadang sopir antar wilayah. Beda halnya di di Kota-kota besar di Indonesia semacam Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makassar, Junk Food tidak hanya dinikmati oleh mereka Buruh Kantor dan Sopir lintas wilayah namun juga pada mereka yang merasakan makan direstoran siap saji semacam Mcdonald dapat memberikan rasa percaya diri yang besar dan pengakuan. Di Indonesia, rata-rata mereka yang mengunakan jasa restoran siap saji hanya untuk menunjukan eksistensi diri mereka. Mereka menikmati setiap gigitan dalam label kemewahan, untuk sekedar menunjukan eksistensi diri, itu dapat dilihat lebih banyak mengambil gambar daripada menikmati makanan tersebut.
Mcdonal atau disingkat McD merupakan waralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia. Didirikan oleh Dick dan Mac Mcdonald. McD telah memiliki ±32.000 lebih Cabang diseluruh Dunia. Memiliki Karyawan 400.000/ Januari 2010, memiliki 50.000.000 pengunjung tiap tahunnya serta menghasilkan keuntungan bersih sebanyak US$ 4.949 Billion/ tahun 2010.
Di Indonesia, kehadiran perusahaan besar semacam mcdonald dikarenakan tingkat konsumtif masyarakat kita yang besar sehingga menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan semacam McD dan semacamnya menancapkan pengaruh kepada pasarnya di kota-Kota besar, dan kota Kendari menjadi salah satu target investasi.
McDonald’s Kendari
Sulawesi Tenggara merupakan daerah dengan jumlah penduduk sebanyak 2,65 juta jiwa (2018), dan Kendari merupakan kota berpenduduk dengan mencapai angka 382 ribu jiwa. Angka ini terus meningkat tiap tahunnya, disebabkan pelajar yang menempuh Pendidikan Tinggi dari 16 Kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara.
Dikabarkan beberapa media lokal, bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Kota Kendari akan mengizinkan perusahaan gerai waralaba terbesar di dunia, Mcdonald untuk melakukan investasi berupa pendirian cabang rumah makan siap saji. Di liriknya Kendari oleh McD bukan tanpa sebab, dari data Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara per 2017 mencapai 107,47 Triliun dengan sumbangan terbesar pada sektor Konsumsi Rumah Tangga sekitar 49,58 persen. Sedangkan untuk triwulan pertama 2019, PDRB Sultra mencapai 6,33 persen.
Kota Kendari merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi perkapita 2018 saja mencapai 7,10 persen yang artinya pertumbuhan ekonomi regional mengalahkan pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional yang hanya bisa mencapai 5 persen.
Kehadiraan McD di Kota yang dijuluki kota Bertaqwa menjadi angin segar bagi anggkatan kerja, tentu dengan terbukannya rumah makan siap saji asal Amerika Serikat ini, akan membuka peluang terserapnya para workholic di Bumi Anoa. Kehadirannya juga akan memungkinkan pendapatan asli daerah (PAD) bertambah, Penganguran berkurang dan tentu akan menjadikan kota kendari sebagai kota yang layak investasi.
Investor Lokal Kita
Pasokan daging sapi dan ayam Nasional kita data dari rilis pada tahun 2018 saja, produksi daging kita belum mencukupi kebutuhan nasional. Tingkat kebutuhan daging sapi Indonesia sekitar 662.541 ton belum memenuhi kebutuhan nasional yang faktanya Indonesia hanya dapat memproduksi daging sapi sebanyak 403.349 ton, artinya ada selisih sebesar 259,192 ton kebutuhan nasional yang perlu disiapkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Sedangkan jumlah produksi daging ayam setiap tahunnya meningkat sejak 2009 sampai 2018. 2009 mencapai 1,5 Juta Ton hingga 2018 pada angka 2,21 Juta Ton dan per Agustus 2019 di rilis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan realisasi produksi daging ayam ras sebesar 2,33 Juta Ton atau 291.755 ton/bulan. Melihat perbedaan kebutuhan daging ayam dan sapi, Kebutuhan daging ayam kita ada surplus dibandingkan daging sapi yang mengharuskan pemerintah mencari cara agar kebutuhan daging sapi kita di Indonesia terpenuhi.
Kehadiran McD tersebut akan menambah permintaan pasokan daging di tanah air. Sedangkan secara nasional negara belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi kedua hewan unggas tersebut. Permintaan yang besar akan sangat berpengaruh pada kebutuhan perusahaan McD tersebut. Alih-alih memenuhi kebutuhan perusahaan, sedangkan kebutuhan nasional saja masih kekurangan.
Mcdonald sebagai rumah makan ayam terbesar tentu akan membutuhkan pasokan daging sapi dan ayam yang begitu besar tiap harinya. Hal ini menjadi kabar gembira bagi pengusaha daging lokal kita, artinya kehadiran McD di Kendari tersebut akan meningkatkan permintaan pasar terkait pasokan daging sapi dan ayam lokal.
Bagaimana dengan cadangan daging lokal kita di sulawesi tenggara? Januari 2018 rata rata tingkat produksi daging sapi di Sulawesi Tenggara mencapai 3 Juta Ekor pertahun sedangkan produksi ayam kita ± 9,247,786 per tahun.
Tingkat kebutuhan nasional yang begitu besar menjadi tantangan tersendiri akan hadirnya perusahaan rumah makan asal Amerika Serikat di bumi anoa tersebut. Walaupun tingkat kebutuhan sapi dan ayam lokal di Sulawesi Tenggara masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tingkat konsumsi masyarakat kota kendari.
Investasi
Kehadiran Investasi di sektor kuliner Mcdonald adalah instrumen kebijakan Politik pada pengambil keputusan untuk dapat memanfaatkan momentum ini demi mengenjot pemasukan penghasilan para pengusaha sapi dan ayam lokal di Sulawesi Tenggara. Sehingga, setiap kebutuhan McD di Kota Kendari dapat dipasok oleh para Pengusaha Daging Sapi dan Daging Ayam di Sulawesi Tenggara, di satu sisi meningkatkan pemasukan pendapatan asli daerah dan akan mengenjot pertukaran ekonomi yang begitu besar. Kehadiran Mcdonald di Kota Kendari menjadikan Sulawesi Tenggara salah satu marketplace para investor sebagai daerah yang berpotensi maju dan modern.
Dalam banyak kasus, lobi bisnis mempertukarkan insentif ekonomi dan kebijakan politik. Kuasa uang akan ditukar dengan kuasa politik. Maka investasi hasilnya adalah kebijakan yang sarat akan kepentingan individu dan kelompok.
Investasi bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Investasi dibutuhkan untuk membangun negara dan menghadirkan industri yang maju, namun agar kehadirannya tidak membuat dominasi investor asing yang akan menyengsarakan rakyat khsusunya di Sulawesi Tenggara, maka kewajiban pemerintah daerah sebagai refresentatif dari perwakilan negara memperkuat pengusaha lokal kita, terkhusus pada pengusaha ayam dan sapi.
Dewan perwakilan rakyat daerah kota kendari, dipastikan untuk dapat mengantisipasi kehadiran rumah makan siap saji Mcdonald tersebut dengan menyiapkan kebijakan yang nanti tidak akan merugikan pihak manapun, sehingga melahirkan kesalin-guntungan (simbiosis mutualis) antara pemerintah dan investor juga rakyat.
Dan terakhir ketakutan akan hadirnya Mcdonald akan mengerus ruang-ruang pendapatan ekonomi kecil serta budaya masyarakat kita, adalah sesuatu yang tidak perlu dirisaukan. Toh, Masyarakat Sulawesi Tenggara tidak akan meninggalkan budaya Mossongi dengan menu masakan ayam tawangole serta pasar ekonomi menengah juga mempunyai konsumennya masing-masing.
Untuk menjaga agar Investasi ini dapat berjalan baik, titik penekanan adalah mempersiapkan sedini mungkin kebijakan-kebijakan yang akan berdampak positif pada pertumbuhan di sektor ekonomi yang pesat, menyiapkan aturan main yang jelas tidak hanya menguntungkan individu maupun kelompok tertentu saja dan terakhir menyiapkan pengusaha-pengusaha peternak kita di Sulawesi Tenggara dalam memenuhi kebutuhan pasar dan McD secara khususnya melalui instrumen pemerintah baik daerah maupun pusat. (*)
* Penulis adalah Ketua Umum DPW SEMMI (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia) Provinsi Sulawesi Tenggara