Hankam  

Membendung Paham Radikal, Tito Karnavian: Dibutuhkan Paham Tandingan

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Paham Ekstremis yang melanda Indonesia tengah berada di titik yang sangat mengkhawatirkan. Munculnya kelompok yang secara gerakan politik menggunakan nama agama adalah kesekian diantara kelompok yang menginginkan konsep Islam secara khaffah.

Hal tersebutlah yang menurut Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, diperlukan paham tandingan untuk membendung paham radikalisme di Indonesia. Tito menyebutkan, setidaknya ada tiga ideologi yang menjadi tandingan paham ekstrem ini, yaitu Pancasila, Islam sinkretis, dan demokrasi.

“Pancasila sebagai Ideologi. Selain itu kita juga harus mengembangkan ideologi yang sinkretis khas indonesia. Dan yang ketiga adalah ideologi demokrasi,” kata Tito di sebuah acara seminar yang diadakan di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/4) lalu.

Tito kemudian menjelaskan yang dimaksud Islam sinkretis adalah Islam yang memadukan konsep kepahaman kebudayaan Indonesia serta Islam yang berpikir maju. Dalam hal ini menurutnya, diwakili oleh Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

“Kalau di NU ada Islam nusantara, kalau di Muhammadiyah ada istilah islam yang berkemajuan. Dua mainstream ini adalah Islam moderat yang bisa menandingi mereka,” terang Jenderal polisi berbintang empat ini.

Dengan begitu, Tito kembali menyerukan agar peran para ulama bisa membuat suasan negeri ini menjadi sejuk dan damai, bukan sebaliknya. Jadi peran ulama adalah membentuk moderasi narasi dengan memberikan tafsiran yang benar agar ayat-ayat al-Qur’an tidak salahgunakan.

“Jadi misalnya ada pihak yang menganjurkan bahwa bom bunuh diri itu boleh, ada ayatnya katanya. Nah kita minta ulama – ulama kita, untuk membuat penafsiran tandingan bahwa bukan seperti itu maksud dari ayat tersebut. Nanti ulama yang akan menjelaskan,” tegas mantan BNPT ini.

Tentu pernyataan ini, terbangun atas dasar pengalamannya yang selama ini berhasil menanggani berbagai aksi teror di Indonesia. Tito yang sudah berpengalaman itu menjelaskan bahwa paham radikal tidak dapat dihilangkan dengan kekerasan. Tapi, ideologi harus dilawan juga dengan ideologi lain.

“Radikalisme tidak akan hilang jika kita hanya menangkap atau membunuh pelaku. Kalau Pancasila, Islam nusantara, dan demokrasinya jalan, maka radikalisme ini akan hilang dengan sendirinya,” ujarnya disambut meriah oleh para peserta seminar. (aw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90