JAKARTA, SUARADEWAN.com – Pernyataan Mantan Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait adanya pihak-pihak yang menghalangi dirinya untuk bertemu dengan Presiden Jokowi mengundang reaksi beragam dari publik.
Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti mengatakan bahwa pernyataan SBY tersebut tidak mencerminkan kualitasnya sebagai mantan presiden.
“Apa pentingnya itu buat bangsa?” katanya. “Bukan level seorang mantan presidenlah bercerita seperti itu pada publik. Perkara dia mau cerita dengan satu dua orang tentang itu bolehlah, tapi untuk publik? Ini mantan presiden loh 10 tahun.” ujar Ray.
Ray menilai pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Partai Demokrat tersebut sebagai respon atas beredarnya informasi yang mengaitkan SBY dengan polemik Pilkada DKI yang belakangan ini cukup menyita perhatian publik.
“Siapasih yang mengait-kaitkan SBY dengan peristiwa belakangan ini? Kalau Istana merasa tidak, apa perlunya dijelaskan ke Istana? Carilah sumbernya, siapa yang menghubung-hubungkan dan jelaskan pada orang itu.” tegas Ray.
Sementara itu, Pengamat komunikasi politik Gun Gun Heriyanto menyebut ada tiga hal yang hendak dibangun SBY dalam pernyataannya.
“Di awalkan dia meposisikan diri, dia mengesankan di bagian awal bahwa dia sering digempur, dikaitkan dengan peristiwa macam-macam,” ujar Gun Gun.
Selanjutnya, adanya niat baik untuk bertemu dengan presiden. Dan Ketiga, untuk melakukan serangan dengan diksi. “Misalnya bahwa posisi dia dicederai, misalnya, dalam konteks illegal tapping, eksplisit, itukan bentuk attacking. Menyerang kubu Ahok dan pengacaranya, dan mendorong bola panasnya ke Pemerintahan Jokowi, dengan menyebut bahwa UU ITE, kalau benar illegal tapping, itu bukan delik aduan,” pungkasnya.
Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari hal yang tidak biasa ditunjukkan oleh SBY saat melakukan konfrensi pers. Biasanya nada SBY selalu semangat penuh gairah, namun kali ini tidak demikian. Ada ketidaksinkronan antara nada, Bahasa dan gestur.
Selain menganalisis gestur Presiden ke-6 RI itu, ia juga menganalisis suara dan tone berbicara SBY. Ia menemukan adanya perbedaan suara SBY dari biasanya.
“Saat pikiran mengatakan ingin bicara keterbukaan – bila di ikuti dengan emosi yang ikhlas (kredibel) maka direspon tubuh dengan gerakan tangan terbuka – bukan dengan gerakan yang justru malah seperti terkesan menolak,” ungkap Monica
Seperti diketahui, SBY mengelar konferensi pers di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2017). Dalam kesempatan tersebut, SBY menuturkan keinginannya blak-blakan dengan Presiden Jokowi terkait banyaknya isu miring yang diarahkan kepadanya. (dm)