Menyeru al-Maidah 51 di Masjid, Rizieq Shihab: Itu Bukan Politisasi

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab mempertanyakan tudingan orang yang mengatakan bahwa menyeru surat al-Maidah 51 di dalam masjid adalah politisasi masjid. Ia mengaku bahwa itu bukanlah politisasi, melainkan upaya penegasan ajaran Islam.

“Ada yang mengatakan kalau surat al-Maidah 51 dibawakan di masjid, itu namanya politisasi masjid. Yee.. kok jadi politisi masjid? Itu bukan politisasi masjid. Itu ayat al-Quran,” tandas Rizieq di acara peringatan Haul Soeharto dan Supersemar ke-51 di Masjid At Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (11/3/2017).

Ketua Dewan Pembina GNPF MUI ini pun menegaskan bahwa mereka yang menyatakan demikian (politisasi masjid) adalah mereka yang gagal paham alias goblok.

“Ayat al-Quran punya siapa? Masjid itu rumah siapa? Firman Allah dibawakan di rumah Allah, bagus gak? Kok katanya politisasi? Yee… gagal paham. Itu namanya gagal paham. Tahu gagal paham? Kalau bahasa universitasnya, keterbelakangan intelektual. Tahu keterbelakangan intelektual? Kalau bahasa betawinya, goblok,” terang Rizieq.

Sebelumnya, Rizieq Shihab juga menyampaikan perihal larangan memilih pemimpin dari kalangan non-Muslim yang ia klaim sebagai orang-orang kafir. Hal ini ia landaskan dari firman Allah dalam surat al-Maidah 51 tersebut.

“Allah memerintahkan kita untuk memilih pemimpin Muslim yang beriman, ya pilih dong pemimpin Muslim, saudara. Allah melarang kita gak boleh pilih orang kafir jadi pemimpin, ya jangan dipilih dong orang kafir, saudara. Itu namanya taqwa,” tegas Rizieq.

Hal tersebut dinilai Rizieq sebagai bukti ketaqwaan umat Islam kepada Sang Pencipta.

Larangan memilih orang kafir sebagai pemimpin itu amanat Allah dalam al-Quran. Kita hanya ingin menyampaikan, ini amanat Allah, ini aturan Allah. Kalau kita taqwa kepada Allah, jangan sekali-kali kita melanggar Allah punya aturan. Betul? Takbir,” tegasnya kembali.

Terkait peringatan Supersemar ini, Rizieq juga tak lupa menyinggung soal pentingnya menjaga NKRI dari ancaman komunisme (PKI). Bahwa dengan memperingati peristiwa Supersemar di mana Soeharto sebagai tokoh utamanya, berarti juga mensyukuri tumbangnya PKI sebagai langkah konkrit Presiden Soeharto dalam menjalankan perintah Supersemar tersebut.

“Jadi, kalau saat ini PKI coba-coba bangkit kembali, saya mau tanya, siap ganyang PKI? Siap perang lawan PKI? Siap angkat senjata hancurkan PKI? Siap bela agama? Siap bela NKRI? Takbir,” ujarnya kembali. (ms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90