Merayakan Sastra dan Kota dalam JILF 2022

SUARADEWAN – Jakarta International Literary Festival yang diadakan di Taman Marzuki, Jakarta, pada tanggal 22-26 Oktober 2022 digelar dengan tema “Kota Kita di Dunia Mereka: Kewargaan, Urbanisme, Globalisme”.

Dengan tema ini, Komite Dewan Kesenian Jakarta bermaksud mengungkapkan keterkaitan sejarah hidup abadi antara sastra dan kota, seperti yang diungkap Martin Suryajaya dalam sebuah wacana sebelum perhelatan tersebut dimulai:

“Kota sebagai ruang meliputi tiga hal: ruang yang dipersepsikan atau dilihat sebagai fisik, ruang yang dikonsepsikan atau yang digagas seperti dalam tata kota, dan ruang yang dialami atau dihidupi. Kesamaan kota dan sastra dalam perkembangannya adalah kota seharusnya dibaca sebagai kolektif dan bukan individu sehingga semua orang mendapat ruang di dalamnya. Sedangkan sastra, dalam laku membacanya adalah meninggalkan diri sendiri dan membiarkan pengalaman, pemikiran dan kesedihan orang lain masuk dan berbagi dalam dirinya. Begitulah cara sebuah kota dan sastra dapat berkembang,” ungkap Martin.

Titik penting yang digagas melalui pagelaran ini adalah membuka sekat-sekat antar negara di belahan selatan bumi melalui sastra dengan berbagai program seni dan literasinya. Hal ini bertujuan mengubah keseragaman atau dominasi hak hidup dalam kota yang diakibatkan sistem kapitalisme yang berbaur dengan sistem kenegaraan yang mungkin sekali memanfaatkan dan menciptakan masyarakat terpinggirkan yang justru wajib menyumbangkan tenaganya untuk menghidupi kota.

Program-program yang diadakan JILF antara lain pasar buku, pembacaan karya, gerai kopi, pameran seni rupa, pertunjukan teater, dan seni musik yang diisi oleh banyak penulis dan komunitas seni dari berbagai daerah di Indonesia yang dapat menghadirkan keberagaman.

Beberapa penulis yang mengisi acara yaitu Dea Anugrah, Raudal Tanjung Banua, Esha Tegar Putra, Ben Sohib, JJ Rizal, dan lain-lain.

Salah satu program yang menarik adalah “Moli Kobam”, yakni pustaka bergerak yang dilengkapi gerai kopi yang mengadalan wisata sejarah berdasarkan buku. Nirwan Ahmad Arsuka, pendiri dan relawan Pustaka bergerak mengungkapkan sasaran utamanya adalah orang-orang yang tak mampu dan anak-anak. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90