JAKARTA, SUARADEWAN.com – Haji adalah salah satu dari rukun Islam yang lima, Hukumnya wajib bagi orang yang mampu menjalankannya. Ibadah Haji ialah pergi ke Makkah untuk menuju ke Baitullah dengan maksud ibadah dengan cara – cara yang tertentu dijalankan dalam waktu yang tertentu pula untuk mencari keridhoan Allah dan dilaksanakan pada bulan yang telah ditentukan yakni di bulan dzulhijjah dalam kalender hijriah.
Istilah mampu bagi orang yang berhaji terkadang diartikan sebagai orang yang memiliki banyak harta, serta memiliki status sosial dengan profesi pekerjaan dengan penghasilan yang besar. Tapi dari tahun ke tahun utamanya di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, minat masyarakatnya untuk pergi ke tanah suci termasuk sangat tinggi.
Berbeda dengan masyarakat yang memang kaya dan memiliki status sosial dan pekerjaan dengan penghasilan tinggi tapi tak pernah menunaikan ibadah haji, ada sebagian masyarakat biasa diantara kita yang berjuang rela menyisihkan pendapatannya sedikit demi sedikit untuk menunaikan ibadah haji pergi ke tanah suci Makkah dan menziarahi Rasulullah SAW dalam rangka menunaikan rukun Islam yang kelima dan mengharapkan ridho Allah.
Tukang Becak Naik Haji
Maksum bin Wahab (79 tahun), niatnya untuk pergi menunaikan ibadah haji sebentar lagi tercapai. Dari hasil menabung selama puluhan tahun, Maksum yang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak akhirnya akan berangkat haji pada Sabtu (29/7).
Maksum tercatat sebagai calon jemaah haji kloter 6 yang diberangkatkan dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada Sabtu. Ia akan masuk asrama haji bersama jamaah satu kloternya pada Jumat (28/7). Ia bergabung dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Muhammadiyah Surabaya.
Pria asal Desa Bates, Kecamatan Blegan, Kabupaten Bangkalan, Madura, tersebut mengaku menyisihkan sedikit demi sedikit uang hasil bekerja mengayuh becak. Sehari-hari, ia mangkal di depan pusat perbelanjaan ITC Surabaya yang juga dekat dengan tempat tinggalnya.
Rumah Maksum di Jalan Kapasan Samping III Kecamatan Simokerto hanya berjarak beberapa puluh meter dari pusat perbelanjaan tersebut. “Cita-cita naik haji mulai saya masih muda. Daftar haji tahun 2010 diantar menantu saya, nunggu tujuh tahun baru bisa berangkat,” kata pria kelahiran 1938 tersebut saat ditemui di kediamannya, Kamis (27/7).
Maksum bercerita, ia berasal dari keluarga tidak mampu di Madura. Ayahnya hanya kuli panggul, sedangkan ibunya meninggal sejak ia kecil. Setelah menikah, ia diajak pamannya untuk merantau ke Surabaya menjadi kuli panggul mengikuti ayahnya.
Ia kemudian beralih profesi menjadi pengayuh becak. Nahas, pada 1996, istrinya meninggal dunia. Bapak 13 anak, tujuh di antaranya meninggal, tersebut justru semakin giat bekerja agar bisa menyempurnakan rukum Islam beribadah ke Tanah Suci.
Penjual Roti Keliling Naik Haji
Muhammad dan istrinya Rofiah akan menunaikan ibadah haji tahun ini. Pasangan suami istri asal purworejo ini Berjualan roti selama 17 tahun. Setiap pagi Muhammad Istiqrol, warga Desa Krandengan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo ini menjajakan roti dengan berkeliling kampung dengan mengendarai sepeda motor hasil buatannya sendiri.
Dia menjajakan rotinya ke warung-warung maupun langganannya. Alhasil berkat ketekunan dan kesabarannya selama 17 tahun berdagang roti, Muhammad dan istrinya Rofiah akan menunaikan ibadah haji tahun ini.
Tak hanya Istiqrol dan istrinya yang akan berangkat ke Tanah Suci, tahun ini mereka juga mengajak orangtua dan putranya untuk bersama-sama menunaikan haji.
Penjual Tahu Keliling Naik Haji
Keinginan kuat menjalankan ibadah haji terlihat dari sosok Dedi Somantri (63 tahun), warga Kampung Selaawi, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lelaki yang sehari-harinya berjualan tahu keliling dengan berjalan kaki ini sudah 20 tahun menabung agar bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Perjuangan untuk menggapai cita-citanya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tahun ini Dedi direncanakan berangkat ke Baitullah dengan tergabung dalam kelompok Terbang (Kloter) 87 Jakarta dan akan berangkat pada 22 Agustus 2017. “Saya mulai berjualan tahu keliling sejak 1990 lalu,” ujar Dedi kepada Republika.co.id, Kamis (27/7).