JAKARTA, SUARADEWAN.com – Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj bertindak sebagai tuan rumah dalam kegiatan Serial Diskusi yang menghadirkan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dan Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini sebagai Narasumber dalam serial Halaqah Kebangsaan NU dan Muhammadiyah, Jumat (19/5/2017).
Dalam kegiatan yang mengangkat topik pembahasan tentang Negara Pancasila dan Khilafah, NU dan Muhammadiyah sepakat terkait pembubaran ormas bisa dibolehkan jika mengancam Pancasila.
Dalam sambutan pembukanya, Said Aqil mengatakan sejak dulu para pendiri NU dan Muhammadiyah sepakat menjadikan pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi negara Indonesia. Dia juga menegaskan Indonesia adalah negara nasional bukan khilafah, serta mengedepankan konsep perdamaian.
“Negara ini negara nation kebangsaan. Kalau kyai-kyai NU tahun 30-an menyebutnya Darussalam atau negara damai, bukan negara agama, bukan negara suku,” kata Said.
Hal itu disampaikannya dalam acara “Halaqah Kebangsaan NU dan Muhammadiyah’ di Perpustakaan PBNU, Jl. Kramat Raya 164 Gedung PBNU Lt. 2, Jumat (19/5/2017).
Oleh karena itu ketika ada gerakan seperti menentang Pancasila atau menggeser dasar negara harus disikapi dengan tegas yaitu membubarkannya. Oleh karena itu dia meminta agar masyarakat tidak terpengaruh dengan ideologi lain selain Pancasila.
“Setiap gerakan yang mengarah bertentangan dengan prinsip itu harus disikapi dengan sikap yang tegas, jangan dibiarkan. Ya kalau masih kecil, ya kalau besar, jutaan anggotanya apa tidak merongrong itu? Minimal mengurangi rasa nasionalisme kita, mengurangi kecintaan kita pada Pancasila, komitmen kita pada Pancasila UUD 45. Minimal itu kan paling tidak di saat-saat sekarang kita butuh persatuan dan kesatuan yang lebih kuat lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Abdul Muti mengatakan saat ini tantangannya bagaimana warga meyakini Pancasila sebagai dasar negara merupakan ideologi yang paling tepat.
“Indonesia ini majemuk bagaimana menyakini konsepnya Pancasila dan UUD ini 1945. Prinsip penting maka pembinaan generasi muda di level pelajar. Mahasiswa harus lebih sistematis kita lakukan untuk menjangkau mereka yang selama ini kurang dapat perhatian,” ujar Abdul. (fjp)