JAKARTA, SUARADEWAN.com – Seorang yang mengaku bernama Goliath Tabuni menyatakan perang terbuka kepada pemerintah Indonesia. Dalam pernyataannya yang dirilis di markas Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kwiyawagi, Papua Barat, Tabuni siap tarugn dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) demi kemerdekaan Papua Barat.
“Kami naytakan siap perang dengan militer Indonesia untuk Papua merdeka,” terang Tabuni, Minggu (7/5/2017).
Tabuni mengklaim bahwa dirinya merupakan panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) berpangkat Jenderal. Ia mengklaim punya 7 (tujuh) Komando Daerah Pertahanan (KODAP) di kawasan pegunungan Papua Barat.
Atas nama TPNPB, pihaknya tidak mengaku sebagai warga negara Indonesia, yang karenanya siap merebut Papua Barat dari tangan pemerintah Indonesia.
“Kami bukan ras Melayu, kami ras Melanesia,” tandasnya.
Tabuni juga melontarkan ancaman kepada siapa yang berani melintas di daerah kekuasaannya. Ia mengancam akan menembak mati, terutama militer Indonesia yang kedapatan melintas di wilayah yang sudah dipatoknya tersebut.
“Jika kedapatan, TPNPB tetap akan tembak mati,” ancamnya.
Menanggapi pernyataan perang dari TPNPB, Kodam XVII Cenderawasih menghimbau untuk tidak memperdulikannya. Kodam Cenderawasih menduga bahwa ultimatum perang tersebut terkati dengan indikasi dukung-mendukung dalam kelompok OPM di Pilkada Puncak Jaya.
“Pernyataan itu malahan kami indikasikan karena di dalam kelopok Goliath Tabuni ada saling mendukung kandidat dalam pilkada setempat. Situasi di Puncak Jaya atau wilayah lain, aman-aman saja,” jelas Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Teguh Pudhi Rahardjo.
Selanjutnya, Kodam Cenderawasih justru mempertanyakan pernyataan Goliath Tabuni tersebut. Menurutnya, ultimatum perang itu sama sekali tak bisa dipertanggungjawabkan.
“Kalau menyatakan perang ya ke kami, bukan ke media. Kami tak menerima langsung pernyataan yang tak bisa dipertanggungjawabkan ini,” terangnya.
“Untuk pernyataan perang tersebut, ya kami ketawa saja lah. Tak perlu ditanggapi itu. Kami yang dilatih perang saja, justru ingin perang dengan pembangunan, artinya membuka keterisolasian Papua dengan pembangunan,” sambungnya. (ms)