JAKARTA TIMUR, SUARADEWAN.com – Enam hari sudah berlalu, namun tragedi ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu (24/5) sekira pukul 21.00WIB tersebut, masih menyisakan rasa was-was sejumlah pedagang.
Saat ditemui, pedagang kopi keliling Terminal Kampung Melayu, Napitupulu (43) mengatakan, sudah menjajakan kopinya dikawasan tersebut selama 10 tahun terakhir. Hanya saja, pada saat kejadian tersebut ia sudah tidak dilokasi.
“Waktu kejadian saya sudah pulang, karena memang saya berdagang hanya sampai pukul 19.00WIB. Jadi dibilang takut juga tidak, hanya perasaan khawatir itu ada, bagaimana pun juga saya sehari-hari dagang di sini,” kata Napitupulu, Senin (29/5).
Napitupulu pun mengecam keras aksi ledakan bom tersebut, sehingga ia berharap pemerintah dapat meningkatkan pengamanan disejumlah daerah ibukota yang memang menjadi pusat keramaian masyarakat.
“Saya turut prihatin, semoga ke depan tidak ada lagi kejadian seperti ini. Harapan saya, semoga Indonesia khususnya Jakarta bisa lebih aman lagi,”paparnya.
Hal senada disampaikan, oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) Maruli Perdamaian (54) yang berjarak sekira 30 meter dari lokasi ledakan bom tersebut. Menurutnya, sebelum ledakan pertama, ia sempat membantu rekannya mendorong angkot dengan jarak empat meter dari lokasi ledakan bom.
“Begitu saya sampai di gerobak dagangan saya, ledakan bom pertama itu terdengar keras. Kemudian selang beberapa menit kemudian bom kembali meledak,” ujarnya.
Dijelaskan, Maruli Perdamaian, selama 25 tahun ia berdagang. Baru kali ini dirundung perasaan was-was, bahkan saat ini ia tidak berani berdagang membawa sang isteri dan cucu tercintanya.
“Kami itu kaget, karena ini pengalaman pertama saya melihat kejadian itu. Jadi ada rasa was-was juga, bahkan isteri dan cucu saya biasanya ikut berdagang, sekarang saya minta untuk diam di rumah dulu. Sampai betul-betul di sini aman, semoga ini tidak terulang lagi dan kita semua dalam keadaan aman, tenang dalam mencari nafkah,” jelasnya. (fn)