JAKARTA, SUARADEWAN.com – Fredrich Yunadi pengacara Setya Novanto belakangan ini menjadi sorotan publik. Dalam sesi acara program youtube Catatan Najwa, Fredrich secara ceplas-ceplos mengungkapkan menyukai kemewahan dengan biaya jalan-jalan yang lumayan mahal.
Selain aktif membela Setya Novanto sebagai tersangka kasus e-KTP ia juga sering melontarkan kata-kata yang dianggap “Lucu”oleh para nitizen. Ia pernah melontarkan soal permohonan perlindungan kliennya kepada Presiden Joko Widodo.
Dalam kesempatan duduk bersama Najwa, presenter kondang tersebut mengulik soal tarif Fredrich sebagai pengacara.
“Dalam hal ini itu kan Rahasia,” kata Fredrich. Najwa kemudian mencecar, “Mahal?”, “Oh enggak,” jawab Fredrich.
Menurut Frederich dirinya tak pernah memasang tarif, bahkan terbilang gratis, apalagi jika menghandle kasus-kasus besar. Lanjutnya, dengan menangani kasus-kasus yang terbilang besar ia justru akan mendapatkan pamor yang luar biasa.
Namun, pengacara nyeleneh ini juga mengaku suka kemewahan. Dengan tanpa ragu-ragu, ia mengatakan akan menghabiskan uang bermiliar-miliar jika melakukan liburan di luar negeri.
“Saya suka mewah, saya kalau ke luar negeri, sekali pergi itu minimum saya spend Rp3 miliar, Rp5 miliar. Yang sekarang tas hermes yang harganya Rp1 miliar juga saya beli. Saya suka kemewahan,” katanya nyeleneh.
Namun, menurut Fredrich, kemewahan itu sudah didapat dari orangtua dan usaha yang banyak digelutinya. Hal tersebut diungkapkan lantaran Fredrich ingin membandingkan dirinya dengan pengacara kondang seperti Hotman Paris.
Donal Fariz, Koordinator Divisi Korupsi ICW yang juga duduk disampingnya kemudian geli bertanya kepada Frederich. Ia mencoba untuk membuka tabir rasa bersalah jika menangani kasus yang bayarannya hasil dari korupsi.
“Orang yang jadi tersangka korupsi itu, kan potensial membayar kuasa hukumnya dari 2 sumber. Sumber uangnya secara legal, atau sumber uangnya dari hasil kejahatan-kejahatanya sendiri,” tanya Donal Fariz.
Menjawab pertanyaan tersebut, Fredrich mangatakan bahwa dirinya sudah banyak menangani kasus-kasus besar. Seperti Susno, Joko Susilo, Joko Chandra. Namun hal tersebut ia tak peduli, yang diutamakan Frederich adalah bagaimana dirinya bisa membantu kliennya bebas dari jeretan hukum.
“Kita punya pepatah, jika anda ingin masuk level atas anda harus bergaul sama orang yang diatas. Orang yang bergaul di level bawah seumur hidup tidak akan pernah menyentuh level atas, ” jawab Fredrich. (aw/vi)