JAKARTA, SUARADEWAN.com – Ketua Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Hanief Saha Ghafur menilai bahwa ada resiko besar jika Partai Kebangkitan Bangsa (PBK) memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 19 April 2017 nanti.
Hal ini, bagi Hanief, berbeda ketika PKB memilih pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Salahudin Uno.
“Kalau PKB harus memilih Ahok itu resikonya jauh lebih besar. Walaupun nanti harus memilih Anies, PKB harus hitung-hitungan dengan benar,” kata Hanief dalam diskusi publik bertajuk ‘PKB: Ahok atau Anies’ di Kantor DKN Garda Bangsa, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/2/2017).
Menurut Hanief, partai besutan almarhum Gus Dur itu harus menjadikan pemilihan Pilkada Ibu Kota sebagai ajang untuk memperbaiki PKB ke depannya.
“Kita harus bisa melihat pemilihan gubernur saat ini harus bisa memprediksi langkah PKB ke depannya. Jangan kemudian pilihan PKB menjadikan blunder terhadap konstituen,” tambahnya.
Hanief juga menjelaskan bahwa dalam menentukan seorang pemimpin, terutama pemimpin untuk Jakarta, harus melihat pengalamannya sebelum mencalonkan.
“Yang paling penting dari seorang pemimpin, dilihat dari prestasi sebelumnya,” pungkas Hanief. (ms)