BANDUNG, SUARADEWAN.com – Polisi mengaku kesulitan untuk melacak teroris yang bergerak dengan metode ‘Lone Wolf’. Pasalnya, dengan model gerakan tidak terorganisir ini aksi mereka cenderung tidak menentu sehingga sulit untuk dideteksi.
Misalnya kejadian yang belum lama ini terjadi di Bandung. Seorang pria bernama Agus Wiguna ditangkap oleh Densus 88 setelah sebuah bom rakitannya meledak di kediamannya di Kubang Bereum Kota Bandung, Sabtu (8/7) lalu.
Setelah diinterogasi, Agus diketahui berencana ingin meneror bom tiga tempat di Kota Bandung, yakni sebuah Kafe Bali di Jalan Braga, rumah makan Celeng di Astana Anyar dan sebuah gereja di kawasan Buah Batu.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Yusri Yunus, pergerakan teroris Lone Wolf ini berbeda dengan teroris yang bergerak dalam kelompok tertentu, sehingga mudah untuk dipetakan oleh aparat.
“Lone wolf ini bergerak sendiri, tujuannya tidak tentu. Beda dengan mereka yang masuk ke dalam satu jaringan yang bisa kita maping oleh tim Densus,” kata Yusri, Selasa (11/7).
Untuk mengantisipasi hal itu, Polisi saat ini mulai melakukan pengamanan untuk seluruh lapisan. Dan diantara yang menjadi prioritas adalah ruang publik dan internal kepolisian dengan membuat pengamanan berlapis dan penebalan kekuatan di markas Polisi.
Untuk pengamanan di lapisan laib, Yusri mengatakan saat ini kepolisian sudah mendapatkan bantuan dari TNI dan sejumlah pihak lain untuk menggelar patroli di tempat yang dianggap rawan terjadinya aksi teror. (za)