JAKARTA,SUARADEWAN.com – Keberadaan Pondok Pesantren Kauman, di Kota Lasem, Rembang, Jawa Tengah, yang di berada di tengah-tengah pemukiman etnis Tionghoa, menjadi bukti bahwa toleransi bisa diwujudkan.
Nilai-nilai toleransi dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik oleh masyarakat etnis Tionghoa maupun masyarakat muslim di kota yang dijuluki sebagai kota santri, namun sering juga disebut Tiongkok kecil ini.
Di Pesantren Kauman, para santri hidup rukun berdampingan dengan etnis Tionghoa. Hal ini terlihat dari bangunan pesantren yang banyak didominasi ornamen Tiongkok seperti lampion.
Tulisan Arab dan Tiongkok yang terukir secara berdampingan di depan pintu pesantren semakin menegaskan bahwa mereka bisa saling menjaga dan mengelola keragaman budaya dan etnis tanpa ada sekat perbedaan.
Pembina Pondok Pesantren Kauman, KH.M. Zaim Ahmad Ma’shoem mengatakan, toleransi antar etnis dan agama di Lasem sudah terjadi sejak dulu, dan hingga sekarang masih terjaga dengan baik.
Perbedaan agama dan etnis di lasem tidak menjadi penghambat bagi seluruh untuk menjalin hubungan komunikasi antarsesama sebagai bagian dari sebuah komunitas sosial kemasyarakatan.
Praktek toleransi kebinnekaan di Pesantren Kauman diharapkan membawa semangat toleransi, bukan saja di Indonesia namun bagi semua umat beragama di seluruh dunia.
“Di sini sudah cair sejak dulu. Saya berharap ini jadi contoh. Bukan saja toleransi antar umat beragama, antara etnis dan sebagainya di Indonesia namun di seluruh dunia,” ujar KH.M. Zaim Ahmad Ma’shoem. (DD)