
JAKARTA,SUARADEWAN.com – Kampanye negatif dengan membawa isu SARA seperti agama pada moment politik dalam pilkada kerap menjadi pemicu munculnya perselisihan di dalam masyarakat. Kontestasi yang diharapkan berkualitas dengan mengedepankan adu gagasan menjelma menjadi pertarungan yang memecah belah akibat penempatan agama dan politik secara serampangan.
Hal itu dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo saat meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3/17).
Presiden mengimbau agar masyarakat bisa menempatkan keduanya secara proporsional guna menghindari perselisihan antarumat di Indonesia.
“Di pisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik. Para ulama agar disebarkan, diingatkan, dipahamkan pada kita semua, bahwa kita ini memang beragam, anugerah yang diberikan Allah bahwa kita beragam,” ” ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, keragaman etnis, agama merupakan potensi besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
“Ini ada sebuah kekuatan besar, sebuah potensi besar, tetapi kalau kita tidak bisa menjaga dan merawat ada gesekan, ada pertikaian. Itulah yang harusnya yang awal-awalnya kita ingatkan,” ungkap Jokowui.
Jokwi mengingatkan, sebagai bangsa yang memiliki 714 suku, dan 1100 bahasa lokal yang tersebar di 34 provinsi, 516 kabupaten/kota, keragaman benar-benar perlu dijaga.
“Saya hanya ingin mengingatkan semuanya bahwa bangsa kita terdiri dari macam-macam suku dan agama, bermacam-macam ras,” pungkasnya. (DD)