JAKARTA, SUARADEWAN.com – Presiden Joko Widodo mengungkapkan, dalam kontek tertentu, banyak pihak yang menyalah-artikan hubungan agama dan politik.
Akibatnya, politisasi agama diperagakan untuk kepentingan politik pragmatis. Praktek semacam ini harus dikritisi karena akan mendistorsi nilai-nilai luhur yang ada di dalam agama.
Setiap agama, sebut Jokowi memiliki nilai-nilai kejujuran dan nilai-nilai moralitas. Dan setiap keputusan kebijakan dari pemerintah didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
Pandangan Presiden tersebut lantas diamani oleh Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin. Ia menuturrkan bahwa agama dan politik memang harus berjalan beriringan.
Keduanya, menurut Ketua MUI itu, saling memengaruhi karena politik Indonesia itu harus mendapatkan pembenaran dari agama. Ketika agama dipahami secara radikal maka paham-paham agama tentu dapat menimbulkan masalah.
“Kalau agama dipahami secara moderat maka akan menguatkan tetapi jika agama dipahami secara radikal maka akan berbenturan,” pungkasnya, Minggu (9/4/17). (DD)