JAKARTA, SUARADEWAN.com – Mantan aktivis 80-an, Eggy Sudjana mengatakan dirinya lebih suka berdemonstrasi secara terang-terangan untuk menyatakan perlawanannya kepada pemerintah.
Hal tersebut disampaikan oleh si Raja demo era 1980-an ini ketika menyampaikan pendapatnya soal pola cyber army di sosial media seperti Saracen.
“Saya ini demonstran, bahkan saya dijuluki raja demo tahun 1980-an. Saya enggak perlu pakai model Saracen-Saracen. Saya lawan terang-terangan,” kata Eggi Sudjana, Jakarta Pusat, Kamis (14/09).
Eggy juga mengklarifikasi dirinya terlibat dalam kelompok saracen ini. Hal tersebut menurutnya adalah sebuah Fitnah yang menurutnya sengaja dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Meskipun begitu, Eggy mengakui bahwa dirinya selalu melakukan perlawanan pada pemerintah apabila melenceng dari konsep Islam. Kecuali di era Presiden Habibie. Tapi, lanjut Eggy ia lakukan semua itu tidak dengan cara bersembunyi-sembunyi
“Enggak pakai nyumput-nyumput, kata orang Sunda. Enggak,” kata Eggi. Justru mantan aktivis HMI ini mengatakan kepolisian memperlakukan diskriminatif terhadap dirinya.
Dia mengingatkan agar tidak ada perlakuan diskriminatif dalam penegakan hukum. Sebab, dikhawatirkan jika rasa keadilan terus ditindas, maka keadilan akan mencari jalannya sendiri.
“Jadi memang muncul seperti ada target. Karena bertepatan dengan membela Habib Rizieq, dulu-dulu enggak ada,” kata dia.
Sebelumnya, kepolisian mengatakan Saracen adalah kelompok sindikat dalam bisnis hoax dan ujaran kebencian. Dan, nama Eggi Sudjana masuk dalam susunan struktur organisasi Saracen ini. (aw/te)