Respon Tommy Soeharto atas Kemenangan Ahok-Djarot

JAKARTA, SUARADEWAN.com – Salah satu penulis bernama Tommy Soeharto, memberi respon atas hasil perhitungan suara di Pilkada DKI Jakarta putaran pertama kemarin, 15 Februari 2017.

Menurut penulis yang menggunakan nama panggilan akrab dari Hutomo Mandala Putra, anak bungsu mantan Presiden RI kedua Seoharto, hasil Pilkada putaran pertama ini memperlihatkan adanya kebangkitan nasionalisme dari warga etnis Tionghoa di Indonesia.

“Hasil Pilkada kemarin akhirnya membuka mata kita bahwa nasionalisme Tionghoa di Indonesia telah bangkit,” terang Tommy dalam tulisannya tertanggal 18 Februari 2017.

Penilaian ini ia sandarkan dari hampir bulatnya suara etnis Tionghoa yang mendukung Ahok-Djarot pada Pilkada DKI 2017. Hal ini, tulisnya, menunjukkan bahwa etnis Tionghoa memilih berdasarkan kesamaan etnis. Mereka cukup solid mendukung politisi yang beretnis Tionghoa.

“Pendulangan suara di daerah Pluit, Kelapa Gading, Jelambar, dan daerah pemukikan Tionghoa lainnya, di mana Ahok memperoleh kemenangan suara hampir bulat, yaitu di atas 95 persen, adalah bukti bahwa etnis Tionghoa sebagai kelompok menunjukkan kekuatan mereka. Secara nyata mereka tetap memilih Ahok yang sedang dirundung banyak persoalan,” lanjut Tommy.

Dalam pandangan Tommy, selama ini warga pribumi selalu dianggap sebagai kelompok masyarakat yang suka mengungkit-ungkit SARA. Namun, dari hasil kemenangan Ahok-Djarot kemarin, kenyataan tudingan itu tidak terbukti.

“Di daerah-daerah pemukiman pribumi asli, Ahok tetap mendulang suara yang signifikan. Etnis Tionghoa yang selama ini selalu berteriak-teriak tentang Bhinneka Tunggal Ika, kenyataannya justru telah terbukti memilih seorang pemimpin bukan atas dasar kebhinnekaan. Ini adalah sebuah bentuk penghiatan dan penipuan terhadap bangsa Indonesia,” tegasnya kembali.

Atas kenyataan itu, Tommy pun merasa sangat prihatin dengan kondisi negara seperti ini. Ia menghimbagai agar bangsa Indonesia atau pribumi dapat membuka mata bahwa nasionalisme Tionghoa di Indonesia telah bangkit menjadi sebuah kekuatan. Bahwa patriotisme Tionghoa bisa menular ke banyak orang Tionghoa lainnya yang selama ini sudah memiliki rasa nasionalisme Indonesia.

“Nasionalisme Tionghoa ini bisa mengancam demokrasi dan mengancam nasib pribumi ke depannya. Pribumi harus sadar dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku dan agama,” harapnya. (ms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90