JAKARTA, SUARADEWAN.com – Ketua Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Rizieq Shihab tampak menjadi magnet dalam acara “Dzikir dan Shalawat Untuk Negeri”. Acara ini sendiri merupakan acara peringatan Supersemar ke-51 dan Haul Soeharto, bertempat di Masjid Agung At Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (11/3/2017).
Dalam ceramahnya, Rizieq yang juga merupakan pentolan Front Pembela Islam (FPI) ini tak hanya bicara soal konteks Supersemar yang dimandatkan oleh Soekarno ke Soeharto, melainkan juga menyinggung secara utama konteks Pilkada DKI Jakarta.
Terkait dengan Supersemar, ia menegaskan bahwa Supersemar telah dijalankan oleh Soeharto secara bertanggung jawab.
“Di mana di bawah Supersemar, Soeharto telah mengambil langkah-langkah yang tegas, langkah-langkah yang tanpa kompromi, langkah-langkah yang berguna bagi bangsa Indonesia dengan membubarkan PKI. Takbir,” tegas Rizieq Shihab.
Ia juga mengklaim bahwa yang membantai ulama, yang membantai santri, yang membakar pondok pesantren, yang membunuh para jenderal, dan yang berkhianat kepada NKRI adalah mereka yang PKI.
“Jadi, kalau saat ini PKI coba-coba bangkit kembali, saya mau tanya, siap ganyang PKI? Siap perang lawan PKI? Siap angkat senjata hancurkan PKI? Siap bela agama? Siap bela NKRI? Takbir,” ujarnya kembali.
Selanjutnya, dalam konteks Pilkada DKI Jakarta hari ini, Rizieq Shihab juga tak lupa mengingatkan bahwa tagwa merupakan kata kuncinya. Hematnya, bertaqwa berarti berkah, tidak bertaqwa berarti celaka.
“Allah memerintahkan kita untuk memilih pemimpin Muslim yang beriman, ya pilih dong pemimpin Muslim, saudara. Allah melarang kita gak boleh pilih orang kafir jadi pemimpin, ya jangan dipilih dong orang kafir, saudara. Itu namanya taqwa,” tegas Rizieq.
Jadi, tambah Rizieq, kalau ada orang yang ngaku bertaqwa kepada Allah tapi memilih pemimpin kafir, berarti yang bersangkutan tidaklah bertaqwa. Ada orang yang ngaku bertaqwa kepada Allah tapi dia tidak mau memilih orang Islam jadi pemimpin, juga berarti yang bersangkutan tidak bertaqwa.
“Jadi saudara, saya berbicara di sini bukan lagi berpolitik. Saya bukan politisi apalagi oposisi. Saya hanya guru agama, ingin menyampaikan ajaran agama. Larangan memilih orang kafir sebagai pemimpin itu amanat Allah dalam al-Quran. Kita hanya ingin menyampaikan, ini amanat Allah, ini aturan Allah. Kalau kita taqwa kepada Allah, jangan sekali-kali kita melanggar Allah punya aturan. Betul? Takbir,” tegasnya kembali. (ms)