JAKARTA, SUARADEWAN.com – Rencana kegaiatan Tamasya Al Maidah yang digalang oleh salah satu ormas dengan mengerahkan massa ke TPS di seluruh DKI Jakarta saat pemungutan suara Pikada DKI Jakarta putaran kedua adalah teror dan intimidasi politik.
“Tamasya ini adalah teror dan intimidasi politik yang akan mempengaruhi pilihan bebas warga,” ujar Ketua Setara Institute Hendardi di Jakarta, Sabtu (15/4/17) kemarin.
Meskipun penyelenggara Tamasya Al Almaidah mengklaim kegiatan tersebut untuk mengawal pemungutana suara, namun menurut Hendardi hal tersebut patut dicurigai sebagai kampanye terselubung untuk mengarahkan pilihan masyarakat ke calon tertentu.
“Sekalipun partisipasi pengawasan atas pelaksanaaan pilkada dijamin Undang-Undang, tetapi dalam konteks politik DKI Jakarta hal itu bermakna lain,” tuturnya.
Hendardi melanjutkan, secara akal sehat, masyarakat pasti akan mengaitkan kegiatan tersebut sebagai ajakan untuk tidak memilih calon yang saat itu tersandung atas kasus penodaan agama, yakni Al Maidah 51.
Dirinya juga menilai, kegiatan Tamasya Al Maidah masuk kategori pelanggaran serius dan akan merusak integritas penyelenggara pemili jika kegiatan tersebut tetap dilakukan pada saat pemungutan suara nanti.
“Karena itu, Polri dan Bawaslu tidak bisa berdiam diri. Pengerahan massa itu harus dicegah karena merupakan pelanggaran pilkada dan tindak pidana pemilu,” tegasnya. (DD)