Singapura Terbaik Dalam Penanganan Corona, Tanda Peringatan Untuk Indonesia

Warga Singapura menghadapi virus corona, ilustrasi

JAKARTA, SUARADEWAN.com — Respons Asia Tenggara terhadap virus corona yang tercatat memiliki ribuan kasus dan ratusan kematian sangat bervariasi, dari tindakan terbaik yang dilakukan Singapura dalam penanganan virus hingga kemungkinan bencana bagi Indonesia.

Asisten profesor penyakit menular di National University of Singapore, Clarence Tam, mengatakan, Hong Kong dan Singapura telah menangani wabah dengan relatif baik. Hongkong dan Singapura memiliki keuntungan sebagai negara kecil sehingga memiliki kendali perbatasan yang baik, yang membuat pelacakan dan penyaringan kontak intensif lebih mudah.

Singapura yang mencatat kasus corona pertama kali pada 23 Januari kini mencatat 455 kasus. Sejauh ini Singapura hanya melaporkan dua kematian akibat Covid-19, yang salah satu di antaranya seorang pria warga negara Indonesia (WNI).

Tam menjelaskan jika Hong Kong telah menutup sekolah sejak Tahun Baru Imlek. Sementara itu, Singapura yang memiliki perjalanan kasus corona serupa masih memberlakukan kegiatan persekolahan. Menurut dia, pelajaran yang dapat dipetik oleh negara lain dari Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan dalam menangani pandemi corona dengan baik adalah menguji awal dan ekstensif, isolasi yang efektif, penelusuran kontak, serta langkah karantina.

“Setiap negara yang belum dapat mengimplementasikan tindakan ini dengan cepat, untuk alasan apa pun, berisiko tinggi penularan masyarakat yang tidak terkendali, seperti yang kita lihat sekarang di sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat,” kata Tam dikutip Sydney Morning Herald, Senin (23/3).

Pada langkah penanganannya, Malaysia, Thailand, dan Filipina memberlakukan langkah kontrol perbatasan paling ketat bagi siapa saja yang melakukan lalu lintas ke dan dari negara masing-masing. Sementara itu, Indonesia, dengan lebih dari 50 kali populasi Singapura, memiliki kekhawatiran terbesar karena laporan jumlah kasus infeksi dan kematian yang makin meningkat dari konfirmasi kasus pertama 2 Maret.

Profesor virologi Universitas Queensland, Ian Mackay, menyoroti beberapa tanda peringatan di Indonesia yang memberi sinyal bahwa situasinya bisa jauh lebih buruk daripada yang ditunjukkan oleh angka yang tersedia untuk umum saat ini.

“Ketika Anda melihat banyak kematian dalam waktu singkat (seperti yang terjadi), itu menunjukkan ada beberapa kasus selama beberapa waktu. Selain itu, kami telah melihat banyak pelancong yang terinfeksi keluar dari Indonesia. Mereka hanya belum cukup diuji,” kata Mackay.

Sejumlah negara di Asia Tenggara pun telah mengambil kebijakan isolasi wilayah guna mengekang persebaran virus. Tam mengatakan, Malaysia, Indonesia, dan Filipina menghadapi tantangan yang sangat spesifik karena populasi yang besar dan daerah tersebar luas serta fakta bahwa negara-negara ini memiliki populasi pekerja migran yang sangat besar.

“Dan sementara beberapa negara memang memiliki kapasitas untuk melakukan respons yang efektif, kita tidak dapat hanya mengandalkan kapasitas nasional masing-masing karena epidemi di negara-negara lain terus menimbulkan risiko impor dan transmisi lokal. Ini berarti bahwa untuk memiliki respons yang efektif dan terkoordinasi, kita membutuhkan investasi yang jauh lebih besar dalam memperkuat sistem kesehatan di seluruh wilayah,” ujar Tam. (rep)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90