JAKARTA, SUARADEWAN.com — Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Al Muallim pada Sabtu menuding Turki menjadi “salah satu penyokong utama teror” di negaranya dan wilayah Timur Tengah. Turki juga disebut bersalah atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan karena memutus pasokan air kepada puluhan kota yang melawan pendudukan Turki.
Dalam bahasa keras yang tak lazim, Muallim mengatakan “rezim Turki memiliki kekuasaan tertinggi” dalam hal menyokong dan mendanai terorisme.
Hal tersebut disampaikan dalam pidato rekaman dalam KTT Sidang Umum PBB yang diselenggarakan secara virtual karena pandemi virus corona. Muallim mengatakan, memutus pasokan air membahayakan kehidupan warga sipil, khususnya selama krisis virus corona. Demikian dilansir Haaretz, Minggu (27/9).
Konflik Suriah yang berlangsung sembilan tahun, yang awalnya dimulai sebagai perang sipil, kemudian menjadi perang proksi regional. Turki, yang saat ini mengendalikan sebuah wilayah di Suriah utara, mendukung pejuang oposisi melawan pasukan Presiden Suriah Bashar Al Assad, pejuang Kurdi suriah, dan ISIS.
Muallim juga menuding Turki memindahkan “teroris dan tentara bayaran – dikenal oleh sebagian pihak sebagai ‘oposisi moderat’ – dari Suriah ke Libya,” melanggar kedaulatan Irak, memanfaatkan pengungsi “sebagai alat tawar menawar melawan Eropa” dan mengklaim “sumber daya energi di Mediterania”.
“Rezim Turki saat ini telah menjadi rezim penipu dan penjahat di bawah hukum internasional,” tudingnya.
“Kebijakan-kebijakan dan tindakan-tindakannya, yang mengancam keamanan dan stabilitas seluruh kawasan, harus dihentikan.”
Respons Turki
Misi Turki PBB membantah pernyataan tersebut, mengatakan “menolak pernyataan delusional rezim Suriah secara keseluruhan, yang digerakkan tudingan-tudingan lucu.”
“Memalukan dan tak dapat diterima bahwa rezim pembunuh Suriah yang telah kehilangan legitimasi sejak lama terus menyalahgunakan debat umum Sidang Umum PBB untuk memutarbalikkan fakta,” jelas juru bicara misi Turki di PBB, yang berbicara secara anonim.
“Pemerintah Suriah bertanggung jawab atas kematian, mutilasi, penculikan, kelaparan, dan penghilangan paksa jutaan warga Suriah,” lanjutnya.
“Kejahatannya terhadap kemanusiaan, pelanggaran hukum kemanusiaan internasional dan kejahatan perang telah didokumentasikan dalam laporan PBB yang tak terhitung.” (mer)