JAKARTA, SUARADEWAN.com – Bank Indonesia (BI) menyatakan ke depan Indonesia dihadapkan risiko yang berasal dari global maupun dalam negeri.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, Amerika Serikat merupakan sumber risiko yang datang dari luar negeri.
“Risiko global itu mulai dari sentimen Fed Fund Rate (FFR), inflasi global dan pengaruh terhadap nilai tukar,” ujarnya di Gedung BI, Kamis (16/3/2017).
Sementara dari sisi domestik, Dody menuturkan, risiko paling dikhawatirkan berasal dari inflasi. Kemungkinan kenaikan inflasi akibat penyesuaian harga listrik adalah yang harus diwaspadai.
Namun, dia memastikan, BI bersama pemerintah akan meningkatkan koordinasi untuk bisa mengantisipasi hal itu.
Sampai saat ini inflasi masih dalam kondisi yang bisa ditangani dengan stand kebijakan Bank Indonesia
Namun Dody mengaku ada kemungkinan peningkatan stand Bank Indonesia dalam hal kebijakannya.
“Pada saat inflasi ke depan terganggu, core inflation tertekan di atas target yang sudah kita tetapkan tentu akan ada stand yang berubah, baik itu dari suku bunga atau yang lainnya,” papar dia.
Instrumen lain yang bisa digunakan Bank Indonesia untuk mengantisipasi resiko tersebut selain dari penaikan suku bunga acuan bisa melalui bauran kebijakan lainnya, mulai dari nilai tukar, kebijakan makro prudential, dan lain sebagainya. (ET)