SUARADEWAN.com — Salah satu dari 12 peristiwa pelanggaran HAM berat yang diakui oleh Presiden Jokowi adalah tragedi penghilangan orang secara paksa tahun 1997-1998.
Peristiwa tersebut didalangi oleh militer pada masa puncak krisis moneter saat Soeharto akan lengser sebagai presiden RI.
Kronologi tragedi penghilangan orang secara paksa pada tahun 1997-1998 adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Mahfud MD: Pelengseran Gus Dur 2001 Lalu Tidak Sah dari Sudut Hukum Tata Negara
Pada saat ada dua agenda besar negara, yakni Sidang MPR dan Pemilu 1997, kantor PDI P diserang para preman. Penyerangan ini rupanya didukung oleh militer.
Kemudian ABRI membentuk Tim Mawar untuk menyelidiki apa yang terjadi.
Namun pada kenyataannya, di bawah Tim Mawar terjadi penculikan dan penghilangan secara paksa terhadap sejumlah aktivis pro demokrasi.
Penculikan yang terjadi dalam tiga periode tersebut menghilangkan secara paksa beberapa aktivis pro demokrasi, antara lain Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Suyat, Herman Hendrawan, dll.
Baca Juga: Viral! Isu Penculikan dan Penjualan Organ Anak Kian Menjamur
Dalam tiga periode penculikan tersebut, hanya orang-orang yang diculik pada periode kedua yang dipulangkan. Mereka adalah Nezar Patria dan beberapa kawannya yang merupakan anggota PRD.
Orang-orang yang hilang tak kembali dari dua periode penculikan lainnya tak kembali hingga kini.
Penculikan aktivis 1997/1998 adalah penculikan aktivis pro-demokrasi yang terjadi antara Pemilu Legislatif Indonesia 1997 dan jatuhnya Presiden Soeharto tahun 1998. Kasus penculikan aktivis 1997/1998 dilakukan oleh tim khusus bernama Tim Mawar.
Menurut laporan KontraS, jumlah keseluruhan yang diculik adalah 22 orang. Sembilan di antaranya yang kembali, sedangkan 13 orang hilang hingga kini. ***
